Jurnalis Temukan Dokumen Pemakzulan Gusdur, Sejumlah Elit Politik Terlibat

Gusdur

Dalam sepekan terakhir, sebelum peringatan satu dasawarsa meninggalnya KH Abdurrahman Wahid, buku ‘Menjerat Gus Dur’ sudah ludes di pasaran. Buku terbitan Numedia Digital Indonesia itu menjadi polemik sekaligus perbincangan luas di kalangan masyarakat. Penyebabnya tak lain karena investigasi yang dipaparkan penulis memuat keterlibatan tokoh-tokoh besar yang turut dalam proses penjatuhan Gus Dur.

Salah satu bagian terpenting dari karya Virdika Rizky Utama ini adalah dilampirkannya dokumen rahasia yang ditulis Fuad Bawazier. Dokumen empat halaman tersebut berupa surat laporan terkait rencana-rencana yang sudah dilakukan untuk menjatuhkan Gus Dur.

Surat yang dikirim ke Akbar Tandjung pada 29 Januari 2001 itu, mengungkap pelaksanaan rencana yang diberi nama ‘Sekenario Semut Merah’. Di dalamnya terdapat nama-nama dengan tugas masing-masing orang yang sudah dilaksanakan.    

Fuad Bawazier, Menteri Keuangan Kabinet Pembangunan VII itu menjadi ‘kepala operasi’ dan membagi tugas kepada beberapa pihak untuk penggalangan opini, menjaring dukungan masyarakat, propaganda media, termasuk merekrut preman, cendekiawan, dan pengusaha.

Tujuannya jelas; menjatuhkan kredibilitas Presiden Gus Dur melalui kasus Buloggate dan Bruneigate yang dinilai telah berjalan sesuai skenario. Fuad, dalam surat yang ditulis, meyakini kekuatan dan efek operasi tahap pertama sudah sesuai ekspektasi, sehingga menurut pandangannya harus ditingkatkan kepada pelaksanaan operasi jilid kedua yakni; memaksa Gus Dur mundur dan mendorong Megawati menjadi presiden sekaligus menjadikan Amien Rais sebagai wakilnya.  

Kenapa Fuad merekomendasikan Ketum PDI P sebagai pengganti? Baginya, Megawati bisa dikendalikan dan pada akhirnya akan disingkirkan melalui penggembosan dari dalam lewat isu ketidakbecusan dalam mengatasi krisis ekonomi dan penyelesaian disintegrasi bangsa. Tugas itu dipercayakan kepada Amien Rais yang dinilai lincah karena berada di lingkar kekuasaan.    

Dokumen tugas yang dikirim ke Akbar Tandjung itu memuat tujuh garis besar laporan sekaligus rekomendasi yang dihasilkan dari pelaksanaan skenario tahap pertama. Berikut ini kutipan langsungnya.
 

  1. BEM PTN (Badan Eksekutif Mahasiswa Perguruan Tinggi Nasional) dan BEM Perguruan Tinggi Swasta yang selama kita telah koordinir di Cilosari dan Diponegoro (PB HMI) serta kelompok kanan ormas Islam yang tersentral di tiga titik lainnya yakni; Masjid Sunda Kelapa, Istiqlal dan Al Azhar mulai bergerak masif, bergelombang, dan bersamaan hampir di seluruh Indonesia dengan satu komando isu menuntut Gus Dur Mundur. Khusus untuk pengepungan senayan dan rangka mem-pressure DPR agar menerima hasil kerja pansus yang menyatakan Gus Dur telah menyalahkan kekuasaan (abuse of power) secara langsung dipelopori oleh para alumni ILUNI pro-kita, para rektor serta BEM UI dan UMJ. Mereka ini bergerak di bawah komando langsung Ketua Umum PB HMI, Fakhruddin CS.
  2. Pada saat sidang paripurna digelar, adik-adik mahasiswa ini akan bergabung langsung dengan seluruh massa aksi rekan-rekan Pemuda Partai Keadilan yang langsung di bawah komando saudara Hidayat Nur Wahid, Gerakan Pemuda Ka'bah yang dimobilisir oleh saudara Ali Marwan Hanan, massa PBB di bawah saudara Hamdan Zoelva, massa PAN di bawah saudara Patrialis Akbar, dan massa rakyat dan preman yang diorganisir oleh saudara Yapto dan DPP Pemuda Pancasila. Pada saat itulah komando akan saya pegang langsung, sedangkan operator lapangan akan dipimpin oleh Ketua Umum KAMMI, AMPI, GPK, BM PAN, PB HMI, HAMAS, dan IMM. 
  3. Gerakan ini Insya Allah akan memperoleh dukungan penuh dari Zoelva Lindan dan Julius Usma yang telah mampu mempengaruhi beberapa kantong massa PDIP untuk bergabung melakukan demonstrasi menyikat Gus Dur di Sidang Parlemen. 
  4. Kita juga telah melakukan aksi borong dollar di pasar Valuta asing dan bursa efek-untuk menjatuhkan nilai tukar rupiah-di dalam dan luar negeri (terutama di Hongkong, dan Singapura) secara langsung di bawah kendali Bendahara Umum DPP Golkar (Fadel Muhammad-pen). Aksi borong dollar ini juga didukung oleh Bambang Tri Atmojo, dan Liem Sioe Liong, Arifin Panigoro. 
  5. Seluruh kerja media massa (cetak dan elektronik) yang bertugas mem-blow up secara kolosal dan provokatif semua pemberitaan berkaitan dengan tuntutan mundur terhadap Gus Dur sudah di-arrange langsung oleh saudara Parni Hadi dan Surya Paloh, sedangkan operator teknis di lapangan saya telah menyiapkan banyak kaki terutama di parlemen. 
  6. Penggiringan opini publik oleh para tokoh dan cendekiawan atas kegagalan pemerintahan Gus Dur lewat tulisan di media massa yang dimobilisir langsung oleh Azumardi Azrha, Dr. Syahrir, dan rekan-rekan KAHMI telah mampu meyakinkan publik bahwa Gus Dur memang benar-benar gagal mengemban amanat reformasi. 
  7. Tugas saudara Din Syamsuddin untuk mengendalikan MUI lewat kasus Ajinomoto telah berhasil memaksa para ulama dan tokoh agama mencabut dukungannya kepada presiden.

Sebagai bahan pertimbangan operasi di lapangan, Fuad Bawazier juga meminta Akbar Tandjung untuk memberikan seluruh informasi perkembangan situasi di dalam gedung Senayan melalui Anas Urbaningrum sebagai kurir. 

"Saya optimis bahwa skenario ini akan berjalan mulus. Dengan begitu, misi untuk menyelamatkan seluruh asset politik dan ekonomi serta invertasi kita serta pengeluaran dana operasi sebesar 4 T, yang sudah saya sediakan tidak menjadi sia-sia dan dapat mengembalikan kejayaan kita yang telah dirampas sejak reformasi," tulis Fuad Bawazier di bagian akhir surat, seperti dilansir dari laman Nu.or.id berjudul Menjerat Gus Dur: Skenario ‘Semut Merah’ Fuad Bawazier dan Rencana Menikung Megawati.

Oleh karena tugas itu sudah terlaksana, Fuad menyarankan agar skenario kedua segera dimulai, yakni “Memaksa Abdurrahman Wahid mundur dan mendrong Megawati Sukarnoputri menjadi presiden yang akan bisa kita kendalikan dan pada akhirnya akan kita singkirkan juga.”

Menurut penulis dalam esainya di NU Online, Gus Dur dijatuhkan oleh pengusungnya sendiri karena ia tak bisa diajak kompromi. Misalnya, Gus Dur menolak orang PAN usulan Amien Rais untuk menjadi menteri keuangan. Orang itu adalah Fuad Bawazier sendiri.

Surat ini sekilas aneh karena untuk rencana sebesar menjatuhkan presiden, korepondensi justru dilakukan secara tertulis alih-alih tatap muka. Namun, menurut penulis, Ketua PB HMI yang disebut dalam surat, M. Fakhruddin, mengaku memang terjadi sejumlah rapat penjatuhan Gus Dur di rumah Arifin Panigoro. Fakhruddin terlibat dalam sejumlah rapat tersebut.

Dalam talkshow Kick Andy yang ditayangkan pada 15 November 2007, Gus Dur menyebut pelengserannya dilakukan secara politis dan menggunakan segala cara. “Saya dilengserkan secara politis. Secara hukum belum pernah dibuktikan saya bersalah,” ujarnya. “Mereka melengserkan saya dengan segala cara, hukum nggak hukum.”

Gus Dur dilengserkan setelah 20 bulan menjabat lewat Sidang Istimewa MPR yang dipimpin Ketua MPR Amien Rais pada 23 Juli 2001. Sidang yang tidak dihadiri oleh Gus Dur tersebut kemudian melantik Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri sebagai presiden kelima Indonesia. 

Dokumen pemakzulan gusdur

________________________________________________________________________________

Artikel Virdika Rizky Utama yang dimuat di Nu.or.id dapat dibaca dibawah ini:

Pemakzulan Presiden Gus Dur: Skenario Elite Politik

22 Juli 2001 tentara yang dipimpin RR show off power menentang rencana dekrit. Di sekitaran istana, Jalan Medan Merdeka,  Jakarta Pusat, puluhan ribu pendukung dan pengkritik Gus Dur membentuk blok. Rencananya, pukul 19.00 presiden akan membacakan dekrit. Namun hal itu ditunda lantaran presiden masih ingin mendengarkan beberapa pihak tentang perlu atau tidaknya dekrit. Sementara di parlemen, lawan politik sedang wait and see.

Kalau Gus Dur keluarkan dekrit, mereka akan segera menggelar sidang istimewa untuk memakzulkan.   Tanggal 23 Juli 2001, pukul 01.00 dini hari, Gus Dur akhirnya mengeluarkan dekrit yang dibacakan oleh Yahya Cholil Staquf. Salah satu isi dekrit adalah bubarkan Golkar, karena dianggap bagian dari rezim lama yang membuat kekacauan baik politik maupun ekonomi.  

Langkah Gus Dur sudah diantisipasi oleh Golkar dan sekutunya. Saat itu AT langsung mengirimkan surat ke ketua MA, BM untuk mengeluarkan fatwa bahwa tindakan Gus Dur inkonstitusional.   Menariknya, BM saat itu dekat dengan Golkar. Gus Dur sudah menentang dilantiknya BM menjadi Ketua MA. Tapi Gus Dur tak punya pilihan, calon lainnya M, juga dekat dengan Golkar. Inilah pertarungan politik Gus Dur sesungguhnya. Ia harus melawan kekuatan sisa Orde Baru yang masih kuat di segala lini pemerintahan. Mereka banyak menempatkan kaki untuk melemahkan Gus Dur.  

Kita ke awal saat Gus Dur terpilih jadi Presiden. Gus Dur didukung hampir seluruh kekuatan yang ada di parlemen termasuk kekuatan lama. Oleh sebab itu, banyak yang ragu Gus Dur akan berani membersihkan rezim lama.   Kabinet Gus Dur merupakan hasil kompromi. Banyak yang kecewa tentunya. Tapi bukan berarti Gus Dur akan menyerah dan tersandera. Misal, AR tokoh reformasi saat itu meminta jatah Menkeu harus dari partainya. Tak tanggung, AR meminta FB sebagai Menkeu. Kalau tidak, ia akan menarik dukungan.  

Gus Dur pintar, dia tahu FB ini korup bukan main dan juga bagian dari rezim lama. Ia menyetujui Menkeu dari partai AR, tapi Gus Dur yang memilih orangnya. Akhirnya BS jadi Menkeu.   Di Kantor Berita Antara, Gus Dur memecat PH. Ia dianggap sebagai bagian rezim lama. Dan memang tak dapat disangkal oleh PH sendiri. Awalnya PH terima dipecat, tapi dia akhirnya menuntut Gus Dur.  

Gubernur BI juga tak luput dari pembersihan Gus Dur. SS saat itu dekat dengan Golkar, bahkan diduga terlibat korupsi Bank Bali. Tapi mendapat perlawanan dari Golkar. Akhirnya SS tetap menjadi Gubernur BI.   Gus Dur makin membuat jengkel partai-partai koalisi karena ia berani memecat Menteri LS dari PDIP dan JK dari Golkar. Tak tanggung-tanggung, Gus Dur menyebut dua orang itu terlibat KKN. Momen ini yang semakin membesarkan niat mereka untuk jatuhkan Gus Dur.  

Masalahnya saat itu Gus Dur tak mau atau tak bisa membuktikan pernyataannya. Kritik saya, komunikasi politik Gus Dur agak buruk. Karena tak bisa membuktikan hal itu, dua kekuatan terbesar di DPR itu mencapai titik temu. PDIP melalui anak kosnya melakukan interpelasi bersama Golkar.  

Di internal PDIP sendiri ada dinamika, anak kos dan kader lama berebut perhatian dan pengaruh M. Lambat tapi pasti anak kos berhasil meyakinkan M dan suaminya TK.  

Interpelasi bergulir cepat karena ada kasus buloggate dan bruneigate. Saya punya dokumen bagaimana PDIP dan Golkar mengadakan rapat untuk melengserkan Gus Dur. Salah satunya di rumah AP dari PDIP, 22 Juni 2000. Rapat itu dihadiri Kapolri dan petingginya serta partai-partai yang sudah muak dengan Gus Dur. Rencana awal adalah memainkan interpelasi. Meyakinkan partai-partai di DPR untuk melemahkan Gus Dur. PKB akhirnya hanya berdiri sendiri mendukung Gus Dur.  

Selain itu, manuver DPR terhadap Gus Dur adalah isu skandal buloggate dan bruneigate. Mereka memaksa Gus Dur untuk hadir di Pansus. Hadirnya Gus Dur akan semakin melemahkan legitimasi dan kepercayaan publik. Tak hanya di parlemen, AP, FB, PBS, AT juga meminta Kapolri untuk memanggil Gus Dur dan membuat kasusnya mengambang. Dengan begitu, Gus Dur akan menjadi bulan-bulanan media.  

AP, AT dkk juga memanfaatkan gerakan mahasiswa untuk menekan Gus Dur. HMI melalui Ketumnya MF kepada saya mengakui hal itu. Mereka berjejaring dengan segala pihak anti-Gus Dur terutama tentara.   Di tentara, Gus Dur juga harus menghadapi kekuatan lama yakni W. Meski sudah dipecat, W masih banyak loyalis. Tentara pro-Gus Dur yakni AWK harus pontang panting hadapi ini.  

Gus Dur ingin menjalankan amanat reformasi. Tentara kembali ke barak. Itu sejalan dengan AWK dan Gus Dur memanfaatkan jaringan Bondan Gunawan di tentara, seperti dalam bukunya BG.  

Akibat dianggap mengintervensi tentara, Gus Dur dan Bondan diserang isu dokumen "Bulak Rantai". Suatu skenario untuk melemahkan tentara dan melakukan infiltrasi ke TNI.  

Dalam dokumen rapat di rumah AP, ditulis bahwa dokumen "Bulak Rantai" itu rencana mereka yang berhasil. Gus Dur benar-benar kewalahan melawan sisa rezim lama.  

Ada sebuah dokumen bocor yakni dokumen pembacaan situasi. Di sana ditulis lengkap rapat-rapat, siapa yg hadir, termasuk rencana tentara melakukan teror melalui serangkaian bom di Jakarta.   Begitu diteliti, jenis bom yang meledak spesifikasinya sama dengan apa yang ditulis di dokumen pembacaan situasi. Pada titik ini Gus Dur sudah kehilangan kendali di tentara.  

Kembali ke parlemen, akhir Januari 2001 Gus Dur mendapat memorandum I. Ini adalah tahap selanjutnya untuk impeachment, ini diakui oleh FB saat saya wawancara. Menariknya, dua minggu sebelum memorandum I ada dokumen yang dibuat FB untuk AT. FB menyebut rencana mereka dengan nama ‘Semut Merah’. FB menulis itu adalah salah satu rencana dan menghabiskan dana sebesar 4T rupiah. Dana itu didukung oleh FM, bendahara Golkar dan BT, anak Suharto.  

Sebagai pembalasan memorandum I, Gus Dur mulai mengejar dan mengadili seluruh kroni Suharto, terutama GKS dan FB. Tapi lagi-lagi terkendala karena kekuatan Orde Baru masih cukup besar.  

Dekrit hanya langkah terakhir Gus Dur dari gagalnya melawan kekuatan lama. Politisi, tentara, beberapa organ mahasiswa, organisasi partai, dan paramiliter bersatu melawan Gus Dur.  

Lantas bagaimana dengan M? Apa dia berperan. Ya, hanya blessing in disguise saja. TK dalam biografinya mengakui hal itu, tugas dia meyakinkan M.  

Dalam surat FB ke AT, disebutkan bahwa M hanya alat sebelum nanti akan dijatuhkan pula. Tak hanya itu, FB menulis, mari kita rebut kejayaan kita yang direbut selama reformasi.  

Gus Dur menjalankan politik tanpa kompromi, meski itu sangat janggal dalam politik praktis. Akibatnya, Gus Dur tak kuasa melawan kekuatan tersebut.  

Setelah Gus Dur lengser, politik hanya sekadar bagi-bagi kue. Terutama kekuatan rezim Orde Baru yang masih bercokol baik di politik maupun ekonomi.  

Banyak yang bilang, kalau dekrit itu atas desakan LSM dan teman-teman Gus Dur di Fordem. Tapi, Fordem bahkan menolak dekrit. Kalau pun dekrit, jangan bubarkan parlemen. Cukup bubarkan Golkar dan percepat pemilu. Kenapa demikian? agar kekuatan lama tak dapat melakukan konsolidasi kekuasaan. Bahkan PBS menceritakan AT sudah terpojok dan bingung kalau Golkar dibubarkan.  

Tapi sekali lagi, dekrit adalah ide Gus Dur bahkan pilihan diksinya juga dari Gus Dur. Dia tahu bahwa dia sudah kalah dan upaya terakhirnya ya hanya dengan dekrit.  

Setelah impeachment, di media berkembang bahwa Gus Dur tak mau meninggalkan istana. Gus Dur bukannya tak mau, dia menunggu surat dari RT, RW, dan kelurahan setempat bahwa ia tak lagi akan tinggal di istana.   Pasca-Gus Dur lengser, kekuatan politik sebenarnya tak jauh berbeda. Aktor-aktornya pun masih sama dengan yang menjatuhkan Gus Dur.   

*Virdika Rizky Utama, Penulis adalah jurnalis. Saat ini menjadi peneliti di  Narasi.TV

________________________________________________________________________________

infografis
Infografis Mojok.co