Jika Ingin Istri Taat maka Suami Harus Menjadi Tauladan Baginya

Ilustrasi

Bengkulutoday.com - Sebuah pernikahan merupakan pintu gerbang bagi wanita juga ladang amal dan ibadah bagi laki-laki meraih surga. Surga bisa mereka raih jika keduanya melaksanakan apa-apa yang menjadi kewajiban, tugas dan tanggung jawabnya.
 
Rasulullah SAW bersabda :

"Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggung jawaban dari apa yang dipimpinnya. Seorang Imam (pimpinan) adalah pemimpin dan ia akan dimintai pertanggung jawaban dari apa yang dipimpinnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin di keluarganya dan ia akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dipimpinnya. Seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya, dan ia akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dipimpinnya. Seorang khadim (pembantu) adalah pemimpin pada harta tuannya (majikannya), dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya," (HR Bukhari dan Muslim)
 
Bagi seorang Wanita/ Isteri
 
Salah satu karakter istri salihah adalah mentaati suami. Satu sisi ini adalah sebuah tuntutan sikap bagi para istri terhadap suami. Namun tentu saja harus ada peran suami yang sangat penting, agar istri selalu bisa taat kepada dirinya. Karena ketaatan terhadap suami bukanlah bersifat mutlak, namun bersifat 'bersyarat'. Ketaatan mutlak itu hanya kepada perintah Allah dan Nabi, sedangkan terhadap manusia selalu ada syarat yang menyertainya. Termasuk ketaatan terhadap suami.
 
 Dari Abu Hurairah RA., Rasulullah bersabda:


"Jika seorang wanita melaksanakan shalat lima waktunya, melaksanakan shaum pada bulannya, menjaga kemaluannya, dan mentaati suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja ia kehendaki."
(HR Ibnu Hibban dalam Shahihnya)

Dari hadis tersebut, ketaatan pada suami yang dimaksud adalah yaitu dalam hal yang tidak melanggar perintah Allah atau bukan hal yang maksiat. Seorang Isteri berhak menolak bila suami memerintahkan hal yang maksiat seperti; suami memberi perintah untuk tidak melaksanakan sholat wajib 5 waktu serta puasa di bulan Ramadhan, ataupun dalam kehidupan sehari-hari seperti, suami mengajak bersenggama saat haidh, melacurkan diri, dan kemaksiatan lainnya yang melanggar perintah Allah.
 
 Dalam hal ini, Rasululullah SAW, bersabda:

 "Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah, sesungguhnya ketaatan itu dalam kebaikan."
 (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari shahabat 'Ali bin Abi Thalib ra.)

"Wajib bagi seseorang untuk mendengar dan taat dalam apa yang ia sukai dan benci, kecuali ia diperintah berbuat maksiat. Maka bila ia diperintah berbuat maksiat, ia tidak boleh mendengar dan taat," (HR Al-Bukhari no. 2955 dan Muslim nomor 1839).

Lalu bagaimanakah sebaik seorang isteri itu menjaga dengan benar ketaatannya pada suami selain yang tidak boleh dalam hal berbuat maksiat?

Pentingnya menjaga suami, baik itu berupa membuatkannya makanan, menyenangkan hatinya dengan menjaga rumah tetap bersih dan rapi atau mendidik anak-anak dengan baik- juga dijelaskan secara spesifik di dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ahmad, bahwasanya seorang wanita datang kepada Rasulullah untuk suatu urusan, lalu Rasulullah bertanya, "Apakah kamu punya suami? Wanita itu menjawab,"Ya". Rasulullah berkata," perhatikan di mana posisimu terhadap suami. Sebab pada suami itu ada surgamu dan nerakamu," (HR Ahmad)

Jika suami adalah surga dan neraka bagi wanita, maka seorang wanita (istri) hendaknya berusaha keras untuk dapat membahagiakan suami. Dengan mengetahuinya, seorang wanita akan berusaha keras untuk menghiasi dirinya dengan sifat-sifat terpuji sehingga dapat mengantarkannya kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Rasulullah SAW pernah bersabda, "Sebaik-baik wanita adalah seorang istri yang membahagiakan suaminya ketika dia memandangnya, menaatinya ketika dia memerintahkannya, dan tidak menentangnya dalam urusan diri dan hartanya sehingga menyebabkan kebenciannya." (HR Ahmad, Nasa'i, dan Hakim).
 
  Bagi seorang LAKI-LAKI/ SUAMI....
 
 Rasulullah SAW bersabda :
 
"Sebaik-baik kalian, (adalah) yang sikapnya paling baik terhadap perempuan-perempuan mereka (sendiri)," (HR. Tirmidzi)
 
"Sebaik-baik orang (Laki-laki) di antara kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya dan aku adalah orang yang paling baik di antara kalian terhadap istriku," (HR Ibnu Majah)
 
Seorang suami tentu mengharapkan memiliki isteri yang taat, tentu saja ketaatan yang dimaksud adalah yang tidak bermaksiat atau melanggar perintah Allah SWT. untuk itu jika mengharapkan ketaatan isterinya, selain memenuhi kewajibannya sebagai seorang suami seperti memberi nafkah lahir dan bathi, melindungi dan memberikan ketauladan yang baik bagi keluarganya (isteri dan anak2nya), hendaknya suami juga harus pandai menempatkan diri di dalam kehidupan keluarga, dengan sikap, perbuatan, ucapan yang membuat istri merasa diterima, dihormati dan dicintai, misalnya :
 
 1. Suami pandai menciptakan pola interaksi dan komunikasi yang menyenangkan

Disini jika suami pandai menciptakan pola interaksi dan komunikasi yang menyenangkan, maka istri akan merasa nyaman dan tenang bersama suami.  Suami tidak melakukan tindakan yang sewenang-wenang atau semena-mena terhadap istri, seperti melakukan tindakan kekerasan baik fisik maupun psikis yang menyebabkan istri tersakiti dan terzalimi. Suami tidak mengedepankan perintah dan larangan dalam berinteraksi dan berkomunikasi, namun lebih mengedepankan musyawarah untuk memunculkan kerelaan istri dalam melaksanakan arahan suami.
 
 2.  Hendaknya suami selalu berusaha mengerti kondisi dan perasaan istri
 
Pengertian suami adalah "sesuatu banget" bagi istri. Ketika istri tengah kelelahan, janganlah menambah daftar pekerjaan yang semakin memberatkan. Bahkan sebaiknya suami membantu dan terlibat menyelesaikan pekerjaan sang istri.
 
Ketika istri tengah sedih, suami bisa menghibur dan menyenangkan hatinya. Ketika istri tengah galau, suami bisa menguatkan hatinya. Saat istri menangis, suami memeluknya. Saat istri ingin curhat, suamu bersedia mendengarkan keluh kesahnya. Saat istri marah, suami bisa meredamkannya. Pengertian suami terhadap kondisi dan perasaan istri akan membuat istri merasa diterima dan dihormati oleh suami. Situasi ini yang akan membuat istri mudah mentaati keinginan dan perintah suami, karena ia yakin suaminya sangat pengertian.
 
 3. Hendaknya suami senang mendialogkan keinginannya dengan istri.
 
Dalam hal ini, dimana keinginan suami tidak perlu diungkapkan dalam bentuk kalimat perintah, namun sudah bisa membuat istri melaksanakan apa yang diinginkan suami. Hendaknya suami mampu mengemas keinginannya dalam bahasa musyawarah atau dalam bahasa yang lebih menyenangkan yang diungkapkan dengan hati yang tulus dan tutur kata yang lembut.

Tidak selalu menggunakan kalimat perintah atau permintaan, namun bisa dikemas dengan berbagai bentuk ungkapan yang memberdayakan dan menyentuh kesadaran, semoga bermanfaat. (Kompasiana.com)