Bengkulutoday.com - Total ekspor Provinsi Bengkulu sejak April 2020 mencapai US$ 10,45 juta atau 150,279 miliar. Nilai ekspor ini mengalami penurunan sebesar 55,32% jika dibandingkan dengan bulan Maret 2020 yang tercatat sebesar US$ 23,40 juta dan menurun sebesar 38,81% apabila dibandingkan dengan bulan April 2019 yang tercatat US$ 17,08 juta.
Kepala Badan Pusat Statistik, Dyah Anugerah Kuswardani, Rabu (03/05/2020) memaparkan, nilai ekspor Provinsi Bengkulu bulan April 2020 yang melalui pelabuhan Pulau Baai Bengkulu baru mencapai US$ 4,80 juta, sementara melalui pelabuhan Teluk Bayur Sumatera Barat mencapai US$ 1,02 juta, melalui pelabuhan Sungai Musi/Boom Baru Sumatera Selatan mencapai US$ 1,42 juta, melalui pelabuhan Tanjung Priok DKI Jakarta mencapai US$ 2,51 juta, melalui pelabuhan Siak Sri Indrapura Riau sebesar US$ 0,70 juta, melalui Soekarno Hatta mencapai US$ 1,59 ribu, dan melalui Ngurah Rai Airport sebesar US$ 138,6,
Neraca perdagangan Provinsi Bengkulu bulan April 2020 surplus sebesar US$ 10,45 juta. Sedangkan neraca perdagangan bulan Januari-April 2020 mengalami surplus sebesar US$ 63,61 juta.
Dyah mengungkap, ekspor Provinsi Bengkulu melalui Pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu bulan April 2020 tercatat sebesar US$ 4,80 juta atau mengalami penurunan sebesar 60,16% bila dibandingkan dengan ekspor pada bulan Maret 2020.
"Jika dibandingkan dengan ekspor bulan yang sama di tahun sebelumnya, ekspor Provinsi Bengkulu mengalami penurunan sebesar 54,97% dimana pada April 2019 tercatat sebesar US$ 10,66 juta," sampainya.
Sementara, peran komoditas ekspornya adalah cangkang sawit dan batu bara.
"Masing-masing komoditas, cangkang sawit menyumbang 1,7559 juta dolar dan batu bara 38,3362 juta dolar," kata Dyah.
Tujuan ekspor Provinsi Bengkulu pada bulan April 2020 adalah ke ASEAN dengan nilai tercatat sebesar US$ 4,18 juta, ke Uni Eropa sebesar US$ 0,12 juta, dan ke negara lainnya sebesar US$ 6,15 juta.
"Negara utama tujuan ekspor, ekspor terbesar Provinsi Bengkulu pada bulan April 2020 yaitu ke Jepang US$ 3,51 juta, Philipina US$ 2,24 juta, Thailand US$ 1,56 juta, dan negara lainnya sebesar US$ 3,14 juta," pungkas Dyah.
Pewarta : Bisri Mustofa
