Wali Kota Helmi Hasan Bertongkat, Katanya Sunnah Nabi, Benarkah?

Wali Kota Bengkulu Helmi Hasan saat menggunakan tongkat dalam acara takziah (Foto: Media Center Kota Bengkulu)

Bengkulutoday.com - Wali Kota Bengkulu Helmi Hasan selalu menampilkan gaya tersendiri dalam penampilannya. Selain identik dengan penampilan berjenggot, Helmi Hasan juga terlihat selalu memakai tongkat dalam beraktivitas sehari-hari, meskipun dirinya dalam keadaan sehat.

Dalam rilis berita Media Center Kota Bengkulu edisi Selasa 2 Juli 2019, Helmi Hasan juga diketahui mengenakan tongkat saat menghadiri rapat kerja nasional Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) di Kota Semarang Provinsi Jawa Tengah. 

Dari cerita istrinya, adapun alasan Helmi Hasan menggunakan tongkat adalah karena mengikuti sunnah Rasul. 

"Bapak pakai tongkat bukan karena tua atau sakit, tapi pakai tongkat pada usia sudah 40 tahun merupakan sunnah Nabi Muhammad SAW," kata istri Helmi Hasan, Khairunnisa.

Helmi Hasan juga menyampaikan penjelasan serupa. Dia bercerita bahwa saat usia Nabi Muhammad SAW sudah 40 tahun, nabi menggunakan tongkat, padahal nabi tidak dalam keadaan sakit, bahkan nabi masih dalam keadaan sehat.

"Makanya, sunnah hukumnya bagi kita ketika memasuki usia 40 tahun untuk mulai memakai tongkat. Meskipun masih gagah," kata Helmi, mengutip dari Media Center Kota Bengkulu.

Benarkah Para Nabi dan Wali Identik dengan Tongkat?

Di berbagai riwayat dan kisah kehidupan para nabi dan wali, tongkat menjadi benda yang sangat dekat dan setia menemani dalam perjuangan mensyiarkan agama Allah di muka bumi ini.

Rasulullah bertongkat, Nabi Ibrahim bertongkat, Nabi Musa bertongkat, Nabi Hidir bertongkat, dan juga nabi-nabi yang lain. Ternyata memakai tongkat itu merupakan sunah para nabi, auliya dan kekasih Allah.

"Karena itu, Imam Syafi'i pun juga bertongkat meskipun beliau masih kuat dan tidak tua. Saat ditanya sahabatnya, kenapa engkau bertongkat padahal engkau masih kuat? Sang imam menjawab, karena biar aku ingat bahwa aku ini musafir di dunia ini. Tujuan kita adalah akhirat," demikian dijelaskan Wakil Ketua Lembaga Dakwah PBNU KH Muhammad Nur Hayid (Gus Hayid) dalam sebuah artikel yang tayang di laman resmi Nahdlatul Ulama (NU).

Dulu, lanjut Gus Hayid yang saat ini sedang berada di Kairo, Mesir, setiap musafir bisa dipastikan membawa tongkat. Selain berfungsi untuk penguat perjalanan di padang pasir atau hutan, tongkat juga difungsikan untuk keamanan jika ada binatang buas.

"Itulah filosofi bertongkatnya sang imam," jelas Gus Hayid. Para kiai, habaib senior, termasuk Habib Umar Alhafidz, juga para kiai kita saat ini tambahnya, juga banyak yang bertongkat. Selain itu para penyebar Islam di negeri kita, wali songo dan pendiri NU KH Hasyim Asy'ari juga bertongkat. 

"Karena selain mengikuti sunah nabi dan para nabi, juga itbak (mengikuti) Imam Syafi'i dan cara terbaik untuk selalu ingat bahwa kita hanya bak musafir hidup di dunia ini," ingatnya.

Selain itu jelas Pengasuh Pesantren Skill Jakarta ini, bertongkat adalah cara terbaik untuk menjaga pandangan mata kita agar fokus kepada tujuan yang ia sebut ghoddul bashor.

"Orang yang membawa tongkat tentu akan fokus pada jalan yang akan dilewati melalui tongkat yang ada di tangannya. Tongkat adalah wasilah untuk dia bermusafir dalam rangka menuju rumah akhirat. Dengan membawa tongkat akan mengingatkan ia untuk tidak bermaksiat. Siapkah para sahabat ikut bertongkat ?," pungkasnya.

Dalam sebuah riwayat lain disebutkan, Imam As Syafi’i sendiri menyatakan kepada para muridnya,”Aku tidak pernah bebas dari kafakiran, telah berlaku padaku masa-masa dimana aku memakan adonan tepung dan meminum air. 

Imam As Syafi’i selalu membawa tongkat, meski ia masih kuat. “Kenapa Anda menggunakan tongkat sedangkan Anda masih kuat?”, tanya Al Muzani sang murid.

“Aku melakukakannya agar senantiasa ingat bahwa aku adalah seorang musafir ketika hidup di dunia,” jawab Imam As Syafi’i.

Imam As Syafi’i sendiri menyatakan kepada para muridnya,”Aku tidak pernah bebas dari kafakiran, telah berlaku padaku masa-masa dimana aku memakan adonan tepung dan meminum air," demikian disebutkan dalam kitab Manaqib As Syafi’i li Al Baihaqi, 2/169,170.

Tongkat dalam Islam memiliki makna yang tidak sekadar penyangga tubuh saat berjalan di usia renta. Tongkat bahkan memiliki filosofi mendalam. Sejarah juga mencatat, memakai tongkat merupakan kebiasaan di masa Rasulullah SAW, sahabat, dan para pewarisnya, ulama.  Dalam kitab Al-Umm karya Imam Asy-Syafii dijelaskan, bahwa seorang mukmin yang sudah berumur 40 tahun ke atas disunnahkan memakai tongkat atau asho. 

Menggunakan tongkat merupakan kiasan untuk menjadikan sunnah Nabi sebagai sandaran kokoh dalam kehidupan beragama. Dalam bahasa Jawanya, ini (tongkat; red) disebut teken. Di Madura disebut tongket.

Berita terkait: Ini Alasan Wali Kota Helmi Hasan Gunakan Tongkat

Berita terkait: Ada Tiga Catatan Mutiara Terukir di Tongkat Nabi Musa AS, Salah Satunya Tentang Pemimpin yang Tidak Adil

(JS)