Pseudobulbar Affect, Gangguan Sistem Saraf yang Membuat Joker Tertawa Tanpa Disadari

Joker

Film Joker akhirnya tayang di bioskop Indonesia. Dalam film tersebut, karakter Joker digambarkan menderita gangguan yang sering membuatnya tertawa, meski dalam keadaan sedih. Tahukah kamu bahwa pseudobulbar affect memiliki gejala khas seperti yang dialami Joker? Lalu, apa itu pseudobulbar affect? Simak penjelasan berikut ini.

Pseudobulbar affect (PBA) adalah gangguan pada sistem saraf yang membuat seseorang tiba-tiba tertawa atau menangis tanpa dipicu oleh sebab apa pun. Perubahan emosi yang tiba-tiba ini sering membuat penderitanya merasa malu, cemas, mengalami depresi, hingga mengisolasi diri dari lingkungan.

Gejala Pseudobulbar Affect

Berikut ini adalah gejala-gejala yang sering dialami oleh penderita PBA:

  • Tiba-tiba menangis atau tertawa.
  • Tertawa keras saat merasa sedih atau tertekan, namun menangis saat merasa gembira.
  • Tawa atau tangisan berlangsung lebih lama dari orang normal.
  • Ekspresi wajah yang tidak sesuai dengan emosi.
  • Tiba-tiba berubah frustasi atau marah-marah.

Gejala-gejala tersebut biasanya muncul tiba-tiba dan tanpa disadari. Gejala pseudobulbar affect sering disalahartikan dengan gangguan mental, seperti depresi dan bipolar. 

Penyebab Pseudobulbar Affect

Hingga kini, penyebab PBA belum diketahui secara jelas. Namun, para ahli meyakini bahwa PBA terjadi akibat adanya kerusakan pada korteks prefrontal, yakni area otak yang mengendalikan emosi.
Beberapa penyakit dan gangguan pada otak dan sistem saraf berikut juga bisa menyebabkan PBA:

  • Penyakit Alzheimer
  • Penyakit Parkinson
  • Penyakit Wilson
  • Multiple sclerosis
  • Amytrophic lateral sclerosis (ALS)
  • Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)
  • Epilepsi
  • Demensia
  • Tumor otak
  • Stroke
  • Cedera otak

Selain itu, perubahan zat kimia di otak yang berkaitan dengan depresi dan suasana hati juga berperan dalam munculnya pseudobulbar affect. Perubahan zat kimia ini dapat menggangu sinyal dan pengolahan informasi di otak, sehingga memicu munculnya gejala dan keluhan PBA.

Pengobatan untuk Penderita Pseudobulbar Affect

Tidak ada obat khusus yang efektif untuk mengatasi pseudobulbar affect. Meski demikian, golongan obat antidepresan dan obat quinidine sulfate, seperti dextromethorphan, diketahui mampu mengendalikan frekuensi serta ledakan emosi yang dialami oleh penderita PBA.
Selain dengan obat-obatan, ada beberapa hal yang dilakukan untuk mengendalikan gejala PBA, yaitu:

Mengubah posisi duduk dan berdiri

Mengubah posisi duduk atau berdiri lalu bernapas secara perlahan dan dalam merupakan cara yang cukup efektif untuk meredakan ledakan emosi yang muncul secara tiba-tiba.

Membuat tubuh rileks

Tertawa keras atau menangis mendadak bisa membuat penderita PBA mengalami ketegangan pada otot-otot wajah dan tubuh. Oleh karena itu, penderita perlu melakukan teknik relaksasi, khususnya pada otot bahu dan dahi, setelah gejala PBA berakhir.

Membicarakannya dengan orang terdekat

Penderita PBA perlu menjelaskan tentang kondisi yang dialaminya kepada orang-orang di sekitarnya, agar mereka tidak terkejut atau bingung ketika gejala PBA tiba-tiba muncul.
Nah, demikian penjelasan tentang PBA atau pseudobulbar affect. Walaupun tidak berbahaya, sebisa mungkin kenali tandanya dan lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda atau keluarga Anda mengalami gejala-gejala seperti yang sudah dipaparkan di atas. (*)