Petani, Sang Penopang Perekonomian yang Terlupakan

Ilustrasi

Oleh: Siti Zuliana Fedi ASN BPS Kabupaten Lebong
 

Bengkulutoday.com Ketika berbicara tentang petani, seringkali yang tergambar dibenak kita adalah kehidupan penuh kesederhanaan. Tinggal di pedesaan, jauh dari hiruk pikuk teknologi dan perkembangan zaman. Berangkat pagi membawa cangkul dan caping petani yang khas, kemudian pulang di sore hari penuh peluh. Sejak kecil hingga dewasa, seakan-akan selalu seperti itu yang tergambarkan dipikiran tentang deskripsi dari kata “petani”. Seolah hal itu sebagai indikasi bahwa dari zaman ke zaman, tidak ada perubahan yang signifikan dari kehidupan petani. Apakah benar demikian?

Hampir di seluruh kawasan Indonesia, pertanian menjadi salah satu sektor yang banyak digeluti oleh masyarakat. Tidaklah mengherankan karena kondisi Indonesia yang memang sangat bagus untuk lahan pertanian. Selain itu, untuk menjadi petani tidak diperlukan pendidikan yang tinggi sebagaimana lapangan usaha lainnya. Hal ini menjadikan pertanian sebagai sektor penyerap tenaga kerja yang cukup banyak. Sektor pertanian juga merupakan penyumbang PDRB terbesar di hampir seluruh wilayah Indonesia, termasuk Bengkulu. Artinya bahwa nilai tambah yang dihasilkan sektor pertanian, menjadi nilai tambah terbesar dibandingkan nilai tambah sektor selain pertanian yaitu sebesar 28,9 persen pada triwulan II 2021. Hal ini berarti bahwa perekonomian di Bengkulu (yang digambarkan dengan angka PDRB) ditopang oleh sektor pertanian.

Selain itu, sektor pertanian juga sektor yang dinilai stabil. Di masa pandemi Covid-19, sektor pertanian tetap mampu menjaga stabilitasnya dan pertumbuhannya. Namun, meskipun pertanian mempunyai banyak kelebihan, baik dari sisi penyerapan tenaga kerja dan kontribusinya terhadap perekonomian daerah, petani seolah tidak merasakan keuntungan dari hal tersebut.

Salah satu indikator yang selama ini digunakan untuk melihat kesejahteraan dan daya beli petani di perdesaan adalah Nilai Tukar Petani (NTP). Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan perbandingan indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang harus dibayarkan oleh petani. Pada 1 September 2021 lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu merilis angka NTP Provinsi Bengkulu yang mengalami kenaikan dari bulan Juli 2021 sebesar 128,51 menjadi 132,15 di Bulan Agustus atau dengan kata lain NTP Bengkulu pada Bulan Agustus mengalami kenaikan sebesar 2,83 persen. Artinya surplus yang diterima oleh petani meningkat sebesar 2,83 persen. Selama setahun terakhir, NTP Provinsi Bengkulu selalu mengalami peningkatan. Meski mengalami penurunan di beberapa bulan, namun tetap berada di atas angka 100, yang artinya petani selalu mengalami surplus atau petani selalu memperoleh keuntungan.

Adanya keuntungan selalu identik dengan tingkat kesejahteraan karena keuntungan akan menambah pendapatan. Namun, apakah kenaikan NTP setiap tahun benar menunjukkan bahwa petani mengalami kesejahteraan? Fakta di lapangan seolah menepis angka tersebut. Menurut data kemiskinan Maret 2020 dari BPS Provinsi Bengkulu, lebih dari setengah rumah tangga miskin di Provinsi Bengkulu adalah rumah tangga yang penghasilan utamanya dari sektor pertanian. Pada Maret 2021 juga, penduduk miskin di perdesaan dua kali lipat lebih banyak dibandingkan di perkotaan, yaitu sebesar 205.537 penduduk miskin berada di perdesaan. Hal ini mengindikasikan bahwa kehidupan petani ternyata belumlah sejahtera.

Namun demikian, mungkin karena selama ini kehidupan petani yang terlihat tidak ada lonjakan atau gangguan, bisa jadi pemerintah daerah berfikir bahwa tidak perlu untuk memberi amunisi lebih bagi petani. Padahal jika dilihat dari kacamata statistik, apabila pemerintah mampu menaikkan daya beli petani dengan menggenjot kembali pendapatan petani sehingga mampu mengeluarkan para petani dari jurang kemiskinan, maka, pemerintah akan mampu mengentaskan kemiskinan minimal setengah rumah tangga miskin akan terbebas dari kemiskinan.

Oleh karena itu, para pengambil kebijakan sebaiknya mulai untuk memusatkan perhatiannya tidak hanya pada output dari sektor pertanian saja, tetapi juga kepada kesejahteraan petani itu sendiri. Karena selama ini, pendapatan petani ternyata belum mampu mengeluarkan mereka dari jurang kemiskinan. Kehidupan petani yang segitu-gitu saja, jangan sampai menjadikan para petani lari dari sektor pertanian dan berpindah ke sektor lain untuk menambah pendapatannya. Mengingat bahwa sektor pertanian merupakan tulang punggung perekonomian di hampir semua wilayah termasuk Provinsi Bengkulu. Sehingga, mereka harus dipertahankan dan diperhatikan kesejahteraannya.