Jakarta, Bengkulutoday.com - Pemerintah Indonesia terus melakukan berbagai upaya dan strategi untuk menjaga stabilitas ekonomi untuk memitigasi dinamika ekonomi global yang berkembang akibat situasi geopolitik dunia yang memanas, terutama di Timur Tengah.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Ferry Irawan menyampaikan, salah satu fokus utama pemerintah adalah memantau kondisi ekonomi Timur Tengah, yang merupakan salah satu sumber energi dunia.
"Dalam menghadapi ketidakpastian global, seperti konflik di Timur Tengah dan tensi geopolitik lainnya, pemerintah Indonesia terus memantau dan merespons dinamika ekonomi global. Langkah mitigasi dilakukan melalui sinergi antar lembaga untuk merespons dengan kebijakan yang tepat," ujarnya dalam Dialog Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) yang mengangkat tema 'Menakar Dampak Konflik Timur Tengah bagi Indonesia', Senin (3/6).
Dia mengatakan dinamika di kawasan Timur Tengah dalam beberapa waktu terakhir memiliki dampak signifikan terhadap pasar minyak global. Lonjakan harga minyak sering kali diikuti oleh naiknya nilai mata uang asing, yang pada akhirnya berujung pada inflasi yang dirasakan langsung oleh masyarakat dunia.
Di tengah tantangan tersebut, Ferry memastikan pada saat ini situasi Indonesia relatif cukup baik. Menurutnya, Indonesia memiliki kelebihan sebagai negara dengan sumber daya alam yang besar.
Pada April 2023 contohnya, ketika inflasi Indonesia tercatat turun menjadi 2,8%, menjadi cermin pengelolaan ekonomi yang baik. Pemerintah sendiri menargetkan inflasi pada akhir tahun berada di kisaran 2,5% ± 1%.
Selain itu, menurut Ferry, indikator pertumbuhan ekonomi dan investasi juga menunjukkan kepercayaan masyarakat dan investor yang cukup baik terhadap ekonomi Indonesia.
Guna memastikan hasil ekspor sumber daya alam masuk ke dalam perekonomian domestik, Ferry menyebutkan pemerintah telah menetapkan kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE).
"Sebanyak 30% dari hasil ekspor harus disimpan dalam instrumen domestik, yang diharapkan dapat memperkuat ketahanan ekonomi dari guncangan eksternal," ucap dia.
Sementara itu, untuk strategi jangka menengah dan panjang, pemerintah terus mendorong reformasi struktural dan perbaikan kemudahan perizinan serta pemberian insentif guna meningkatkan investasi.
Pemerintah juga telah melakukan berbagai kebijakan subsidi energi untuk melindungi masyarakat dari dampak inflasi akibat dinamika geopolitik di Timur Tengah, termasuk pemberian bantuan sosial reguler dan bantuan pangan.
"Langkah-langkah ini bertujuan untuk menjaga ketahanan ekonomi domestik dan melindungi daya beli masyarakat," tegas Ferry.
Diplomasi Indonesia
Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri, Abdul Kadir Jailani menilai, dampak ekonomi dari konflik di Timur Tengah cukup riil dan signifikan. Oleh karena itu, Indonesia memiliki kepentingan strategis dalam mengelola krisis ini, bukan hanya dari sisi solidaritas, tetapi juga untuk melindungi kepentingan nasional.
Dia berujar, Pemerintah Indonesia terus aktif di dunia internasional untuk mendorong penghentian kekerasan di Gaza. Menurut Jailani, berhentinya kekerasan di Gaza diharapkan dapat menurunkan ketegangan dan menciptakan stabilitas yang lebih baik di kawasan Timur Tengah.
“Stabilitas ini pada akhirnya akan berdampak positif bagi perekonomian global, dan Indonesia secara khusus," paparnya.
Di samping mendorong penghentian kekerasan, Indonesia juga berupaya untuk segera mewujudkan bantuan bagi rakyat Gaza yang terdampak konflik. Namun, ia menekankan, yang lebih penting adalah mendorong penyelesaian jangka panjang melalui pembicaraan damai antara Israel dan Palestina.
"Pembicaraan ini diharapkan dapat mengurangi eskalasi kekerasan yang sering kali mengganggu rantai pasokan global, termasuk pasokan minyak melalui Laut Merah," sebut dia.
Senada, Pengamat Konflik Timur Tengah & Diplomasi Indonesia/Akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Masyrofah melihat, diplomasi Indonesia yang sangat aktif di berbagai kesempatan menunjukkan betapa pentingnya peran Indonesia dalam proses perdamaian Timur Tengah.
"Ketidakstabilan di Timur Tengah sering kali menyebabkan fluktuasi harga minyak, yang langsung mempengaruhi ekonomi Indonesia sebagai salah satu negara pengimpor minyak," tuturnya.
Ia pun menekankan bahwa penyelesaian konflik Timur Tengah menjadi salah satu penentu yang dapat mempengaruhi negara-negara lainnya. Diplomasi yang konsisten dan upaya keras untuk mencapai gencatan senjata permanen serta solusi dua negara antara Israel dan Palestina menjadi langkah penting yang harus didorong.
Dengan upaya yang konsisten dan kolaborasi internasional, diharapkan stabilitas dan perdamaian dapat tercapai, yang pada gilirannya akan memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia dan dunia.