Papua Bagian Final NKRI, OPM Harus Ditumpas

Foto Ilustrasi

Oleh : Timotius Gobay 

Wilayah Papua sering bergejolak akibat ulah OPM yang selalu ingin berpisah dari NKRI. Padahal buat apa merdeka jika warga sipil di Bumi Cendrawasih sudah berbahagia menjadi WNI? OPM perlu melihat realita bahwa mereka sangat nasionalis. Jangan malah memprovokasi agar mau membelot bersama mereka.

Desember adalah bulan yang menegangkan di Bumi Cendrawasih, karena ada ulang tahun OPM. Mereka merayakannya dengan cara mengajak masyarakat agar mau mendirikan Republik Federal Papua Barat. Provokasi tak hanya dengan cara halus tapi juga kekerasan, bahkan OPM beberapa kali tega menembak warga asli Papua, agar semakin ditakuti.

Organisasi Papua Merdeka kukuh untuk membuat negara baru, karena mereka tak menyetujui hasil pepera (penentuan pendapat rakyat). Padahal sesuai hukum internasional, setiap bekas jajahan Belanda jadi wilayah Indonesia, termasuk Papua. Kengototan OPM bisa dicurigai, karena bisa jadi mereka ingin menguasai perusahaan tambang di Tembagapura.

Jika OPM ngotot untuk merdeka maka salah besar, karena Papua sudah jelas bagian dari Indonesia dan sudah diakui oleh PBB. Sehingga mereka tak bisa mengklaim jika Indonesia adalah penjajah. Juga, tak ada hukum yang menyetujui adanya negara di dalam negara, sehingga Republik Federal Papua Barat tidak sah.

Menurut Willem Ansanay, Ketua Badan Musyawarah Papua dan Papua Barat, Papua dibangun melalui jiwa nasionalisme. Juga untuk menghalau separatisme. Dalam artian, OPM harus diberantas karena warga Papua ingin maju dan KKB selalu menghalangi pembangunan di Bumi Cendrawasih.

Willem melanjutkan, bangsa ini dibangun oleh bangsanya sendiri. Dalam artian warga di Bumi Cendrawasih berharap adanya kemajuan di sana dilakukan oleh para putra Papua. Selama ini pemerintah pusat sudah memberi otonomi khusus, sehingga gubernur dan walikota harus warga asli Papua. Sehingga mereka diharap bisa membangun dan memajukan daerahnya.

Gubernur Papua Lukas Enembe membuktikan bahwa sebagai putra asli Papua, ia bisa mencetak berbagai prestasi. Ia berhasil membangun Gedung Negara Pemerintah Provinsi Papua yang difungsikan sebagai Istana Presiden RI di Papua. Juga memperjuangkan Papua sebagai tuan rumah PON XX tahun 2020. 
Jika putra Papua berhasil memajukan daerahnya, untuk apa OPM ngotot untuk merdeka? Hanya buang-buang waktu dan tenaga. Mereka selalu menutup mata akan kemajuan di Papua, yang terjadi karena dukungan dan dana dari pemerintah pusat. Jika memang berpisah apa siap untuk mengelola wilayah sebesar itu? Pasti tidak sanggup dan tak ada biaya.

OPM harus ditumpas karena mereka menggunakan cara-cara kotor dalam mewujudkan cita-citanya. Mereka melakukan propaganda di dunia maya, agar penduduk di luar Papua mendukung mereka. OPM juga menembaki aparat yang dianggap sebagai perwakilan pemerintah pusat, sehingga wajib diserang.
Menurut pengamat intelijen Harits Abu Ulya, penyerangan-penyerangan yang dilakukan oleh OPM bukanlah sebuah spontanitas. Melainkan sudah terencana. Cara kotor OPM adalah rancangan demi mendirikan Papua Barat. Jadi mereka wajib diberantas karena melakukan berbagai tindak kejahatan. Mulai dari separatisme sampai pembunuhan berencana.

Ketika anggota TNI memberantas OPM, jangan malah ada yang playing victim dan memperlihatkan kesusahan kaum separatis. Mereka diburu karena terbukti melakukan banyak kesalahan. Jangan malah dibela, karena penjahat akan tertawa ketika mendapat simpati publik. Aparat tidak akan memburu orang yang tidak bersalah.

Kemerdekaan Papua mustahil terjadi, karena Bumi Cendrawasih sudah fix bagian dari NKRI. OPM tak bisa ngotot membelot, karena rakyat asli Papua juga tak mau diajak jadi warga Republik Federal Papua Barat. Pemberantasan OPM dilakukan dengan sporadis, agar mereka tak lagi meresahkan warga dan melakukan banyak tindak kriminal.

(Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Semarang)