Kualitas SDM Kunci Kemajuan Bangsa

Ilustrasi

Sejumlah lembaga internasional meramalkan Indonesia akan menjadi negara maju dengan perekonomian besar di dunia, mengalahkan beberapa negara yang sekarang ini berkuasa di dunia. Tentu saja, optimisme ini harus didukung tetapi tidak dengan bertopang dagu karena untuk mencapai prestasi di tengah-tengah persaingan antarbangsa yang sangat ketat ini, butuh kerja yang keras diiringi inovasi dan kreativitas. 
 
Apa yang kita capai saat ini tentu jauh lebih baik dibandingkan ketika kondisi di awal-awal kemerdekaan, apalagi ketika masih di masa kolonialisme. Tentu saja perjuangan para pendiri bangsa yang telah mengorbankan nyawa dan harta tak akan sia-sia jika kita terus memperbaiki kondisi bangsa. Tak ada kata selesai dalam perjuangan. Masing-masing zaman memiliki bentuk perjuangannya sendiri-sendiri. Zaman kemerdekaan, perjuangan fisik dan kemampuan diplomasi menjadi penentu kemenangan kita melawan kolonialisme. Perjuangan kini adalah dengan membangun bangsa, dengan mendidik generasi muda, dengan memunculkan inovasi baru. Dan tentu saja dengan menahan diri untuk tidak melakukan korupsi serta tindakan-tindakan buruk lainnya yang selama ini masih menjadi masalah bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. 
 
Indonesia menjadi sebuah negara maju dan kuat di masa mendatang tak akan muncul bagaikan sulapan. Ada banyak prasyarat untuk mencapai hal tersebut. Kadang, kita terbuai dengan pujian orang luar yang mungkin saja sekedar basa-basi untuk menyenangkan tuan rumah. Dan kemudian kita berleha-leha, berharap ramalan tersebut datang dengan sendirinya. 
 
Bagaimana mungkin Indonesia bisa maju jika tidak memiliki infrastruktur yang baik yang membuat pergerakan manusia dan distribusi barang serta jasa berlangsung secara efisien. Beruntung, sektor ini mendapat perhatian serius selama lima tahun terakhir. Tetapi masih banyak kerja-kerja infrastruktur yang belum selesai atau belum disentuh sama sekali mengingat luasnya Indonesia dan keterbatasan anggaran.  Pembangunan infrastruktur harus tetap dilanjutkan.
 
Sebuah negara maju tak mungkin tanpa manusia-manusia hebat yang mengelolanya. Karena itulah dalam peringatan 74 tahun Indonesia merdeka, temanya adalah SDM unggul, Indonesia Maju. Tentu sangat tepat dalam pengambilan tema ini mengingat kemajuan bangsa ditentukan oleh kualitas SDM yang dimiliki. Beberapa negara maju di Asia seperti Jepang, Korea atau Taiwan minim sumber daya alam, tetapi mereka unggul dalam sumber daya manusianya. 
 
Kesadaran tentang pentingnya SDM sudah muncul sejak lama. Bahkan anggaran pendidikan secara khusus disebut sebesar 20 persen dari APBN. Tetapi rupanya besarnya anggaran tersebut kurang berdampak signifikan terhadap peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Baru-baru ini Menteri Keuangan Sri Mulyani mengeluhkan ketidaktepatan penyaluran anggaran pendidikan sehingga dampaknya kurang maksimal dalam peningkatan kualitas. 
 
Belum lagi terjadinya brain drain, yaitu perginya tenaga ahli, pemikir, dan intelektual ke negara lain yang lebih maju karena negara kurang memberi ruang bagi tenaga-tenaga bagus tersebut untuk mengaktualisasikan dirinya. Tentu saja, ini sebuah kehilangan besar, apalagi jika tenaga-tenaga potensial tersebut bisa pintar karena dibiayai oleh negara melalui sejumlah skema beasiswa. Para penerima beasiswa sudah seharusnya berkewajiban untuk mengabdikan dirinya kepada bangsa yang telah membuat mereka menjadi ahli dalam bidang tertentu. Situasinya tidak bisa dibandingkan dengan negara maju yang semuanya sudah tertata dengan baik dan tersedia beragam fasilitas yang memadai. 
 
Di sisi lain, negara juga berkewajiban untuk memberi kepastian karir atau memunculkan lingkungan yang memungkinkan orang-orang terbaik bisa berkembang melalui sistem meritokrasi. Era ketika PNS dalam periode tertentu naik pangkat secara otomatis sudah waktunya diakhiri karena harus didasarkan pada peningkatan kinerja dan keahlian. Presiden Joko Widodo telah menandatangani Peraturan Pemerintah No 30 tahun 2019 yang akan memecat ASN yang kinerjanya buruk. Itu sesuatu yang normal mengingat PNS digaji dengan uang pajak yang dibayarkan oleh rakyat. Sudah seharusnya mereka bekerja dengan baik karena banyak orang berkeinginan menjadi PNS. 
 
Kita berharap dalam periode kedua pemerintahan Joko Widodo ini, peningkatan kualitas SDM benar-benar menjadi perhatian. Berbagai indikator internasional masih menempatkan Indonesia dalam posisi medioker, baik di pendidikan dasar dan menengah maupun pendidikan tinggi. Dan tidak ada yang bisa dicapai dengan instan untuk meraih kualitas pendidikan yang bagus. 
 
Sarana belajar saat ini sesungguhnya jauh lebih mudah dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Berbagai tutorial dan sarana pembelajaran bisa dengan mudah didapat di internet. Baik yang sifatnya gratis atau berbayar. Artinya, tugas pemerintah menyediakan sarana dan prasarana pendidikan seharusnya lebih ringan. Sebagian kerjanya berubah menjadi memotivasi dan mengarahkan masyarakat untuk memaksimalkan internet sebagai sarana belajar. 
 
Bukan hanya Indonesia yang menyadari pentingnya kualitas pendidikan, semua negara juga memberi prioritas terhadap pendidikan. Indonesia tentu meraih kemajuan dalam pendidikan, tetapi negara lain bisa saja meraih kemajuan yang lebih tinggi. Jadi ukuran yang kita gunakan tidak hanya ukuran internal, yaitu capaian kita dibandingkan dengan periode sebelumnya, tetapi juga ukuran eksternal, yaitu  capaian kemajuan kita dibandingkan dengan negara lainnya. 
 
Kualitas SDM semakin krusial ketika teknologi mengambil alih pekerjaan-pekerjaan yang sebelumnya dilakukan oleh otot manusia. Yang tersisa adalah pekerjaan berbasis pengetahuan yang mengandalkan inovasi, kreativitas dan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Hal-hal tersebut bisa didapat melalui proses pendidikan dan pelatihan. Kualitas SDM adalah kunci kemajuan bangsa.

(Nu.or.id/Achmad Mukafi Niam)