Koramil Kandangan Bersih-bersih Situs Purbakala Gentong Bioro

Koramil Kandangan bersama warga di Desa Kandangan melaksanakan aktfitas bersih-bersih

Bengkulutoday.com, Kediri - Koramil Kandangan bersama warga di Desa Kandangan, Kecamatan Kandangan melaksanakan aktfitas bersih-bersih bergenre “Karya Bakti Budaya”, tepatnya di areal situs Gentong Bioro. Ada 3 benda purbakala di lokasi ini.

Cak Khoirul, warga Desa Kandangan sekaligus MC kondang se-Kabupaten Kediri mengomentari aksi bersih-bersih yang diadakan Koramil Kandangan bersama warga setempat. Menurutnya, secara tidak langsung, Koramil Kandangan ikut mendukung upaya pelestarian cagar budaya, salah satunya situs Gentong Bioro.

“Saya pribadi, sangat mendukung ide, inisiatif Koramil Kandangan, karena diadakannya bersih-bersih disini, secara tidak langsung mendukung pelestarian situs-situs peninggalan leluhur kita,” ungkapnya, Kamis (26/9/2019).

Ada yang menarik dilokasi situs ini, dan sepengetahuan Cak Khoirul, tulisan yang tercantum dalam benda purbakala berbentuk tugu atau prasasti di aeral situs Gentong Bioro ini bertuliskan aksara kuadrat, dan yang namanya aksara kuadrat terkoneksi dengan aksara kawi yang berinduk aksara pallawa.

“Aksara kuadrat bisa kita lihat disitus-situs di Bali. Kalau di Bali ada, di Jawa ada, berarti ada hubungan dulunya. Mungkin dulunya ada hubungan antar keluarga kerajaan, hubungan budaya,”ujarnya.

Mengacu pada literasi yang dapat dipercaya, bila melihat sengkalan yang tercantum pada tugu atau prasasti disitus Gentong Bioro, tahun 1171 saka atau 1250 masehi menunjukkan masa pemerintahan Raja Wisnu Wardhana yang berkuasa atas Kerajaan Tumapel, dan merujuk pada wilayah Kecamatan Kandangan, khususnya Desa Kandangan, dulunya masuk wilayah Kerajaan Tumapel.

Menurut prasasti Mula Malurung, Raja Wisnu Wardhana mempersatukan kembali Tumapel dengan Kadiri, namun dalam kitab Pararaton maupun kitab Nagarakertagama, penyatuan 2 wilayah ini tidak tertulis.

“Logikanya, kalau ada prasasti, harusnya ada bangunannya, nah bangunan ini yang sampai detik ini kita tidak tahu. Kalau gentong sama batu bentuk dakon, umumnya dibuat tidak usah pakai prasasti, yang pakai prasasti itu umumnya bangunan,” kata Cak Khoirul.

Dikatakan Cak Khoirul, prasasti dengan batu bentuk dakon sama gentong, diyakininya ketiga benda tersebut tidak ada hubungannya, tetapi dibuatnya kemungkinan pada masa yang sama.

Lanjutnya, batu berbentuk dakon, diyakininya sebenarnya bukan dakon melainkan tempat menumbuk obat-obatan atau ramuan dimasa lalu. Sedangkan batu berwujud gentong, ia tidak berani mengomentarinya, dan ia mengaku tidak tahu kegunaan atau fungsi gentong itu dimasa lalu. Tetapi, bila berdasarkan pengamatan sepintas, gentong tersebut digunakan untuk menyimpan air.

“Sampai saat ini masih misteri, kita tahu sejarah pastinya, ini prasastinya siapa, ini gentong milik siapa, ini batu dakon kepunyaan siapa, kita tidak tahu. Yang jelas, penemuan ketiga benda ini dalam satu areal,”pungkas Cak Khoirul. (mas)