Jejak Misterius Pawon Sewu, Memunculkan Banyak Tanda Tanya

Tim ekspedisi gabungan yang terdiri dari Kodim Kediri dan Damar Panuluh Nusantara melakukan penelusuran seputar keberadaan Pawon Sewu

Kediri, Bengkulutoday.com - Tim ekspedisi gabungan yang terdiri dari Kodim Kediri, dan Damar Panuluh Nusantara melakukan penelusuran seputar keberadaan “Pawon Sewu” di Desa Karangtengah, Kecamatan Kandangan. Pawon Sewu ini sebenarnya statusnya masih penuh tanda tanya, lantaran tidak ada kepastian berdasarkan bukti otentik yang menjelaskan sejarahnya. 

Menurut Rianto, areal Pawon Sewu ini cukup luas, dengan pepohonan berukuran besar cukup banyak, dan tidak terlalu ramai didatangi warga. Untuk luas areal tersebut, ada dua versi, versi pertama yang berasal dari Mbah Misri (67 tahun) sesepuh Dusun Dumpul, luas hutan mini tersebut mencapai sekitar 5 hektar, sedangkan versi kedua, berasal dari perangkat desa setempat, sekitar 3 hektar.

Di areal ini ada sumber mata air yang sangat jernih, bahkan warga setempat terlihat ada yang meminumnya langsung, usai memasukkan air tersebut kedalam botol kemasan plastik. Belum diketahui secara pasti, apakah air tersebut benar-benar higienis atau tidak.

Berdasarkan pengamatan, sumber mata air ini mengalir deras cukup deras, dan terlihat jelas mengalirnya berasal dari sela-sela akar pohon-pohon yang berukuran besar. Belum diketahui secara pasti, dimana asal sebenarnya sumber mata air tersebut.

Tepat dibawah akar pohon tersebut, ada goa miniatur berdiameter 0,8 meter. Goa tersebut belum diketahui secara pasti berapa kedalamannya, lantaran sulitnya tubuh manusia ukuran dewasa masuk lebih dalam lagi. Hal ini dikarenakan banyaknya akar yang tumbuh di dinding-dindingnya, sehingga menyulitkan untuk masuk kedalamnya.

Sebagaimana dikatakan Rianto, sampai hari ini belum pernah ada manusia yang mengetahui berapa kedalaman goa tersebut, dan dimana ujungnya. Goa tersebut tetap menjadi misteri terkait riwayat yang sebenarnya, entah itu buatan manusia atau memang karya alam alias tanpa ada campur tangan manusia.

Saat ini, sumber mata air tersebut digunakan sebagian warga untuk mandi, bagi yang tidak memiliki kamar mandi atau sumur. Khusus untuk keperluan mandi, ada jaraknya, agar air yang didekatnya bisa dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga, dan tidak terkontaminasi dari sabun atau shampo.

Selain untuk mandi, ternyata sumber mata air ini difungsikan untuk pengobatan teraphy. Untuk pengobatan teraphy, tim ekspedisi belum menemukan sosok yang dicari, untuk mengetahui lebih jelas teraphy yang dimaksudkan oleh warga setempat.

Tidak jauh dari lokasi keberadaan sumber mata air, ada dua buah pohon berukuran besar, dan statusnya “keramat”. Menurut Rianto, pohon tersebut dikeramatkan oleh warga setempat, karena diyakini sebagai cikal bakal Desa Karangtengah atau dalam terjemahan lainnya adalah “punden”.

Selain sumber mata air, dan beberapa terowongan goa yang ditemukan ,ada beberapa bongkahan batu bata kuno disekitar sumber mata air tersebut. Ukuran batu bata tersebut variatif, namun bila dibandingkan dengan batu bata jaman sekarang, jelas sekali perbedaannya

Dari pengukuran dilokasi, batu bata tersebut berukuran panjang 29 centimeter hingga 33 centimeter, lebar 17 centimeter hingga 20 centimeter, dan ketebalan 8 centimeter hingga 11 centimeter. Bila batu bata tersebut dikelompokkan menurut ukuran panjang, lebar maupun tebal, tercatat ada 3 jenis.

Dari sekian banyak batu bata yang ditemukan, tidak ada yang berbentuk sempurna alias semua sudah dalam kondisi pecah. Belum diketahui secara pasti, darimana asalnya batu bata kuno tersebut, namun yang jelas, batu bata tersebut tidak dibuat pada jaman sekarang, melainkan ratusan tahun yang lalu.

(dodik)