Bengkulu, Bengkulutoday.com — Pemerintah Provinsi Bengkulu akan memanggil seluruh manajemen pabrik kelapa sawit (PKS) yang beroperasi di wilayahnya untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap anjloknya harga tandan buah segar (TBS) sawit yang dikeluhkan petani di sejumlah kabupaten.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Provinsi Bengkulu, M. Rizon, menyampaikan bahwa harga TBS di beberapa daerah mengalami penurunan yang cukup signifikan. Berdasarkan pantauan langsung di lapangan, harga pembelian TBS di PKS bervariasi, mulai dari Rp2.500 hingga Rp2.840 per kilogram, jauh di bawah harga ketetapan provinsi sebesar Rp3.140.
“Contohnya di PT. Sumindo, Bengkulu Utara, harganya Rp2.840. Itu masih termasuk tinggi dibanding pabrik lain, khususnya di Mukomuko, yang hanya membeli di kisaran Rp2.600 sampai Rp2.700,” ujar Rizon saat diwawancarai di kantornya, Kamis, 10 April 2025.
Perbedaan harga yang cukup mencolok antar kabupaten ini menjadi perhatian serius Pemprov Bengkulu. Pihaknya mempertanyakan alasan di balik disparitas harga tersebut, terutama jika dikaitkan dengan kualitas rendemen buah dari petani.
“Kalau memang rendemen jadi alasan, kenapa harga baru sekarang turun? Harusnya dari dulu juga rendah. Maka ini akan kita bahas secara serius,” tegasnya.
Sebagai langkah konkret, Pemprov Bengkulu akan menggelar pertemuan bersama seluruh manajemen PKS, para kepala dinas kabupaten/kota penghasil sawit, serta Gubernur dan Wakil Gubernur Bengkulu pada Senin, 14 April 2025. Dalam pertemuan itu, pemerintah akan mengevaluasi harga TBS yang berlaku serta meminta transparansi data penjualan CPO, kernel, dan cangkang dari masing-masing perusahaan.
“Kita ingin memastikan tidak ada pihak yang dirugikan, baik petani maupun perusahaan. Penetapan harga harus sesuai ketentuan dan didasarkan pada data yang akurat,” tambah Rizon.
Ia juga membantah isu yang menyebut penurunan harga TBS dipicu oleh kebijakan tarif impor 32% dari Amerika Serikat. Menurutnya, pengaruh ekspor ke AS terhadap industri sawit di Bengkulu sangat kecil.
“Tidak benar kalau dikaitkan dengan tarif AS. Ekspor kita ke sana tidak signifikan. Lagi pula, harga CPO dunia juga tidak mengalami penurunan drastis,” tegasnya.
Rizon menegaskan, pemerintah akan terus berupaya membela kepentingan petani sawit di Bengkulu agar mereka tidak dirugikan dalam kondisi pasar yang tidak menentu ini. (Franky)