Cerita Perawat RSUD M Yunus Tentang Meninggalnya Korban Kecelakaan yang Ditolak 3 RS, Gubernur : Saya Turut Berduka

RSUD M Yunus Tampak Depan

Bengkulutoday.com, - Perkenalkan nama saya Hermawan, saya salah satu Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) M Yunus Kota Bengkulu Provinsi Bengkulu, perawat yang merawat korban kecelakaan sampai almarhum dipanggil yang maha kuasa, Senin (1/6/2020). Sebelumnya saya turut berduka cita atas meninggalnya almarhum. Almarhum meninggal dengan usaha terbaik dari keluarganya dan usaha terbaik yang bisa kami kerjakan, semoga almarhum meninggal dengan tenang dan diterima di sisi Allah SWT.

Saya tidak perlu meluruskan cerita versi kakak korban Feriansyah, disini karena setiap orang punya versi cerita yang berbeda, saya pun juga punya versi cerita yang saya alami saat menangani pasien. Saya datang dinas pagi sekira pukul 08.00 WIB, pasien emergency waktu itu hanya almarhum, yang saya baca di laporan pasien dirujuk tanpa melewati Sisrute (saya gak tahu ceritanya sudah muter² seperti itu - setau saya rujukan Bedah Syaraf itu hanya di M Yunus, kenapa RS. As-Syifa memilih sisrute ke Bhayangkara ya?), kondisi kesadaran pasien sudah di batas paling minimal. Saya dan rekan-rekan memindahkan keruang resusitasi.

Karena suhu tubuh pasien tinggi, kami memasukkan obat penurun panas, memasang monitor tanda-tanda vital dan memberi oksigen tekanan tinggi. Setelah itu saya memasang selang kencing pasien untuk memantau keseimbangan cairan, saya heran pasien datang dengan kesadaran paling rendah tapi tidak terpasang selang kencing itu agak aneh, karena kita tidak bisa memantau keseimbangan cairan dan dalam penanganan pasien gawat, keseimbangan cairan itu salah satu yang paling krusial.

Sejak pasien masuk, pasien sudah terkonsulkan ke bagian Bedah Syaraf, order Bedah Syaraf jelas perbaiki jalan nafas pasien dengan pemasangan alat bantu nafas, kemudian lakukan pemeriksaan CT Scan dll, karena kondisi pasien sudah tidak transportable jika tidak dibantu alat bantu nafas. Kemudian dilakukan Informed Concent (penjelasan kondisi pasien) oleh dokter, fokus penjelasan waktu itu :
1. Kondisi pasien yang kritis dan sewaktu-waktu bisa terjadi gagal nafas.
2. Persetujuan pemasangan alat bantu nafas.

Dari penjelasan tersebut lebih dari setengah jam keluarga belum memberikan keputusan apakah setuju atau menolak pemasangan alat bantu nafas. Setelah cukup lama tidak ada keputusan saya panggil lagi keluarga untuk berkumpul, saat itu yang saya ingat ada 3 orang Ibu pasien, dan 2 orang laki-laki, poin yang saya jelaskan masih sama yaitu
1. Kondisi pasien kritis yang bisa gagal nafas sewaktu-waktu.
2. Persetujuan pemasangan alat bantu nafas.
Waktu itu keluarga masih belum langsung memutuskan salah satu alasan yang dikemukakan keluarganya pasien tidak sadar karena efek minuman dan karena ada sumbatan darah di hidung. Saya pun menjelaskan untuk efek minuman dengan rentang 9 jam itu harusnya pasien sudah bangun jadi tidak sadarnya bukan karena itu, tentang darah di dalam hidung itu bukan menjadi salah satu hambatan karena pasien sejak masuk sudah terpasang OPA dan bernafas murni lewat mulut.

Akhirnya ibu pasien yang pertama mengijinkan pemasangan alat bantu nafas, beliau berkata "Kerjakanlah jika itu yang terbaik untuk pasien" pada kondisi itu saya melihat 2 orang lainnya masih ragu dan ibu pasienlah yang meyakinkan. Sesuai prosedur keluarga menanda tangani surat persetujuan baru bisa kami tindak lanjut, kami konsultasikan ke bagian spesialis akhirnya diputuskan bahwa akan dipasang alat bantu nafas diruang ICU.

Kemudian saya menjelaskan ulang lagi ke keluarga pasien (Laki-laki), bahwa pasien akan diambil darah dan dipindahkan keruang ICU untuk dipasang alat bantu nafas. Tapi apa kulihat setelah saya mengambil sampel darah untuk pemeriksaan analisa gas darah, yang ditakutkan benar-benar terjadi pasien mengalami gagal nafas, kami membantu mensupport oksigen ke pasien sesuai kemampuan dan kapasitas kami, setengah jam lebih kami berusaha mengembalikan fungsi nafas pasien, tapi Allah SWT berkehendak lain beliau meninggal dunia, saya ingat dinyatakan pukul 10.07 WIB.

Semua prosedur berjalan wajar tidak ada yang tertunda, saya tidak mendengar langsung ada komplain dari keluarga kemarin secara langsung sampai saya membaca status FB dari kakak pasien yaitu Feriansyah di media sosial. Bahkan di akhir saya membereskan almarhum, sebelum saya menutup dengan kain ke kepalanya Ibu pasien berkata kepada kami "Terima kasih ya nak, sudah menerima dan merawat anak kami," itu ucapnya.

Disisi lain, mendengar kejadian tersebut Gubernur Bengkulu Dr. H. Rohidin Mersyah turut berbela sungkawa dan berduka, "Semoga almarhum husnul khotima dan bahagia di alam barzah, serta keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran dan hikma atas musibah ini, kami sekeluarga ikut berduka atas kejadian ini," ujarnya.