Bunga Rafflesia Mekar di Hutan Liku Sembilan

Bunga Rafflesia mekar

Bengkulu Tengah, Bengkulutoday.com - Bunga Rafflesia mekar di Kabupaten Bengkulu Tengah, tepatnya di liku sembilan, kawasan hutan lindung. Mekarnya Bunga Rafflesia itu diabadikan dengan kamera ponselnya oleh Bayu Segara dan Bobty, mahasiswa IAIN Bengkulu yang kebetulan melintas di kawasan itu, ketika pulang dari Curup pada Minggu (30/6/2019). 

Kemudian, Bayu memposting di akun Facebooknya. "Iya kami tadi sempat mampir melihat Bunga Rafflesia mekar di kawasan liku sembilang," ungkap Bayu.

Bunga Rafflesia memang kerab ditemukan mekar di kawasan hutan lindung, baik di wilayah Kabupaten Bengkulu Tengah ataupun Kepahiang. Seseskali juga pernah ditemukan mekar di Kabupaten Rejang Lebong, Seluma dan Kaur.

Keberadaan Bunga Rafflesia memiliki daya tarik tersendiri, namun mekarnya yang tidak bisa diprediksi membuat turis tidak dapat memastikan untuk dapat mengunjunginya, kecuali sedang beruntung, maka turis akan dapat menikmati bunga yang dikenal langka dan unik tersebut.

Dari situ Wikipedia.org, Bunga Rafflesia dalam bahasa Latinnya Rafflesia Arnoldii adalah tumbuhan parasit obligat yang terkenal karena memiliki bunga berukuran sangat besar, bahkan merupakan bunga terbesar di dunia.

Ia tumbuh di jaringan tumbuhan merambat (liana) Tetrastigma dan tidak memiliki daun sehingga tidak mampu berfotosintesis. Penamaan bunga raksasa ini tidak terlepas oleh sejarah penemuannya pertama kali pada tahun 1818 di hutan tropis Bengkulu (Sumatra) di suatu tempat dekat Sungai Manna, Lubuk Tapi, Kabupaten Bengkulu Selatan, sehingga Bengkulu dikenal sebagai Bumi Rafflesia.

Seorang pemandu yang bekerja pada Dr Joseph Arnold yang menemukan bunga raksasa ini pertama kali. Dr. Joseph Arnold sendiri saat itu tengah mengikuti ekspedisi yang dipimpin oleh Thomas Stamford Raffles. Jadi penamaan bunga Rafflesia arnoldii didasarkan dari gabungan nama Thomas Stamford Raffles sebagai pemimpin ekspedisi dan Dr Joseph Arnold sebagai penemu bunga. Tumbuhan ini endemik di Pulau Sumatra, terutama bagian selatan (Bengkulu, Jambi, dan Sumatra Selatan). Taman Nasional Kerinci Seblat merupakan daerah konservasi utama spesies ini. Jenis ini, bersama-sama dengan anggota genus Rafflesia yang lainnya, terancam statusnya akibat penggundulan hutan yang dahsyat.

Bunga merupakan parasit tidak berakar, tidak berdaun, dan tidak bertangkai. Diameter bunga ketika sedang mekar bisa mencapai 1 meter dengan berat sekitar 11 kilogram.

Bunga menghisap unsur anorganik dan organik dari tanaman inang Tetrastigma. Satu-satunya bagian yang bisa disebut sebagai "tanaman" adalah jaringan yang tumbuh di tumbuhan merambat Tetrastigma. Bunga mempunyai lima daun mahkota yang mengelilingi bagian yang terlihat seperti mulut gentong. Di dasar bunga terdapat bagian seperti piringan berduri, berisi benang sari atau putik bergantung pada jenis kelamin bunga, jantan atau betina. Hewan penyerbuk adalah lalat yang tertarik dengan bau busuk yang dikeluarkan bunga. Bunga hanya berumur sekitar satu minggu (5-7 hari) dan setelah itu layu dan mati. Persentase pembuahan sangat kecil, karena bunga jantan dan bunga betina sangat jarang bisa mekar bersamaan dalam satu minggu, itu pun kalau ada lalat yang datang membuahi.

(Brm)