Hadratussyekh Hasyim Asy’ari tidak Merekomendasi 6 Tipe Wanita ini Sebagai Istri

Ilustrasi

Memilih wanita untuk pasangan hidup tidak bisa dianggap hal sepele. Selain pernikahan adalah sebuah fitrah manusia, pernikahan juga merupakan penyatuan dua elemen penting kehidupan, yakni laki-laki dan perempuan yang tentu memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda sebelumnya.

Dengan demikian, mahligai rumah tangga yang dibangun antara keduanya bukanlah sekedar untuk jangka waktu tertentu, melainkan hingga 'maut' menjemput satu diantaranya. Tidak ada yang menjamin kehidupan rumah tangga akan bahagia setelah menikah, namun setidaknya, Rasullulah dan ulama telah memberikan acuan bagi umatnya untuk memilih wanita sebagai pendamping hidupnya dengan kriteria sebagaimana diajarkan.

Berikut sabda Rasulullah SAW yang bisa dijadikan panduan dalam memilih wanita pendamping hidup: 

الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِهَا الزَّوْجُ الصَّالِحُ

Artinya, "Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah pasangan yang saleh," (HR Imam Thabrani).

الدُّنْيَا مَتَاعٌ، وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ

Artinya, "Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah istri yang salehah," (HR Imam Muslim).

Sementara itu, Hadratussyekh Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU) dan ulama yang diakui keilmuannya memberikan 6 tipe perempuan yang sebaiknya tidak dijadikan sebagai pendamping hidup.

Enam tipe perempuan yang tidak layak dijadikan pendamping hidup itu ditulis oleh Hadratussyekh Hasyim Asy’ari dalam kitab karyanya Dhau'ul Mishbah fi Bayani Ahkamin Nikah, menyebutkan:

قال بعض العرب لا تنكحوا من النساء ستة لا أنانة ولا منانة ولا حنانة ولا تنكحوا حداقة ولا براقة ولا شداقة

Artinya, "Sebagian orang Arab mengatakan, jangan kau nikahi enam macam perempuan, yakni annânah, mannânah, hannânah.  Jangan pula kaunikahi perempuan yang haddâqah, barrâqah, dan syaddâqah."

1. Perempuan yang annânah 

Perempuan yang annânah adalah perempuan yang banyak mengeluh, mengadu, dan sering membalut kepalanya. Tak ada baiknya menikahi perempuan yang sakit-sakitan dan berpura-pura sakit.

2. Perempuan yang mannânah

Perempuan yang mannânah adalah perempuan yang punya kebiasaan suka mengungkit-ungkit suaminya. Ia berkata, “Aku sudah melakukan ini dan itu untukmu!”
 

3. Perempuan yang hannânah

Perempuan yang hannânah adalah perempuan yang merindukan suami yang lain atau merindukan seorang anak dari suami yang lain. Umpamanya ia membayangkan kalau saja suaminya seperti artis fulan atau kalau saja ia memiliki anak dari seorang laki-laki tampan yang ia idolakan. Perempuan dengan perilaku seperti ini mesti dijauhi.

4. Perempuan yang haddâqah

Perempuan yang haddâqah adalah perempuan yang suka melihat-lihat segala sesuatu lalu menginginkannya dan menuntut sang suami untuk membelinya.
 

5. Perempuan yang barrâqah

Perempuan yang barrâqah mengandung dua makna, pertama perempuan yang sepanjang hari selalu bersolek dan merias wajahnya agar terlihat berkilau dengan dibuat-buat. Makna kedua adalah perempuan yang suka marah karena makanan. Ia lebih suka makan sendirian dan menganggap bagiannya dalam segala hal cuma sedikit sehingga perlu untuk meminta tambahan.
 

6. Perempuan syaddâqah

Perempuan syaddâqah adalah perempuan yang banyak bicara alias cerewet.

Nah pembaca, Hadratussyekh Hasyim Asy’ari tidak merekomendasikan perempuan dengan keenam sifat dan perilaku tersebut diatas sebagai pasangan hidup. Sebab jika dipaksanakan memilih tipe wanita dengan 6 sifat diatas, maka kurang mendukung terciptanya kehidupan rumah tangga yang bahagia.

Untuk diketahui, sifat-sifat buruk yang ada pada tipe wanita sebagaiaman disebut diatas juga tidak sebaiknya ada pada diri pria. Bila Hadratussyekh Hasyim Asy’ari menuturkan tidak layaknya seorang perempuan yang memiliki sifat-sifat di atas dijadikan istri, maka tidak layak pula seorang laki-laki yang memiliki sifat-sifat buruk dipilih untuk menjadi suami. Ini dikarenakan kebahagiaan rumah tangga tidak mungkin terbangun sempurna bila salah satu pasangan hidup bersikap dan berperilaku buruk.

Dalam hal ini adanya banyak keterangan yang—seakan—menjadikan pihak perempuan sebagai objek pembahasan hanyalah sebagai cerminan dari budaya masyarakat pada umumnya di mana seorang laki-laki cenderung bersikap aktif memilih dan seorang perempuan lebih bersikap pasif dipilih.

Lalu bagaimana bila seseorang telah terlanjur memiliki pasangan hidup yang memiliki salah satu atau beberapa perilaku tersebut? Dalam kondisi demikian bersabar adalah sikap terbaik yang mesti dilakukan. Karena bisa jadi pada sesuatu yang tidak disenangi Allah memberikan banyak kebaikan. Wallahu a’lam.

oleh: Yazid Muttaqin / nu.or.id