Formapabel Diskusi Publik dan Deklarasi Tangkal Radikalisme

Pemaparan Pemateri

Bengkulutoday.com - Forum Mahasiswa dan Pemuda Basemah Libagh (Formapabel) Universitas Bengkulu (Unib) adakan diskusi publik sekaligus deklarasi pemuda cinta NKRI untuk menangkal masuknya paham radikalisme di kalangan remaja Kota Bengkulu, Minggu (23/02/2020) di Cafe Kinanda Kota Bengkulu.

Hadir selaku pemateri dari pihak Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Bengkulu Khoirul Sulaiman dan Kabid Pemuda dan Pendidikan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Dedi Haryadi.

Pada paparan materinya, Dedy mengatakan ragam radikalisme dibagi menjadi beberapa yakni Radikalisme Gagasan, Milisi, Saparatis, Premanisme, Terorisme dan lainnya, dimana sebagian besar sebagai akar tumbuhnya terorisme.

"Kelompok radikalisme gagasan memiliki ideologi radikal yang tidak menggunakan gerakan kekerasan dan masih mengakui NKRI. Namun ketika sudah mengacu pada pemahaman radikalisme saparatis, premanisme, dan milisi berindikasi terjadinya tindak terorisme," sampai Dedi.

Dedy menambahkan, Indoktrinisasi online adalah yang paling banyak terjadi dalam perekrutan aktor terorisme. Setidaknya sudah 1 pemuda Bengkulu bernama Asmar Latin Sani, seorang remaja bermetamorfosis menjadi teroris, melakukan peledakan Hotel Marriot pada 2003 lalu dalam kasus Bom Marriot.

"Sejatinya remaja adalah orang yang paling rentan direkrut teroris. Latar belakang masalah keluarga, asmara juga ekonomi berdampak pada peralihan remaja putus asa menjadi aktor terorisme. Lalu, mengapa teroris menggunakan media maya, itu karena mudah diakses tidak ada kontrol, audiensi yang luas, kecepatan informasi, media interaktif dan mudah disebarkan" sampainya.

Dedy menambahkan, pergerakan terorisme dalam memecah belah NKRI bisa dicegah melalui gerakan-gerakan stategis organisasi kepemudaan.

"Islam Bukan Pangkal Radikalisme"

Selanjutnya, pihak MUI Khoirul Sulaiman menjelaskan Bhineka Tunggal Ika rentan terhadap saparatisme dan radikalisme. Fenomena radikalisme menghadirkan Islam garis keras melalui ide-ide garis keras Khawarij sebagai pangkal permasalahan. 

"Namun ketika spektrum Islam menuju moderenisasi dan hadir selaku penengah maka tidak akan ada lagi Islam garis keras. Memang dasarnya Islam adalah agama yang santun dan pemahaman yang longgar, berartian tidak terikat dengan ajaran agama. Ketika satu sama lain sudah mulai mengkafirkan orang, maka perlu lagi mengkaji kehadiran Islam itu sendiri,"

Menurutnya, gagasan Islam moderat yang digagas oleh Agus Rahman Wahid atau Gus Dur adalah sebagai bentuk langkah menengahi hadirnya elemen pun organisasi Islam yang ada, menanamkan nilai-nilai kemanusiaan melalui kebijakan yang konstruktif, meleburkan pemahaman Islam Garis Keras. 

"Ajaran Islam yang inkslusif menambah tolerasi kepercayaan antar umat beragama, yang bisa mengubah konteks agama garis keras menjadi lebih humanis, bernilai persatuan dan damai sehingga menjauhkan diri dari kata dan pemahaman radikal," kata Khoirul.

Dalam diskusi ini, setidaknya dihadiri puluhan remaja dari Forum Mahasiswa dan Organisasi Pemuda Basemah Libagh yang mendeklarasikan diri sebagai pemuda anti terorisme.

Pewarta : Bisri Mustofa