Faedah Puasa bagi Kesehatan

Ilustrasi

Jika kita menderita suatu penyakit, maka yang terlintas dalam benak adalah berobat ke dokter. Yang menjadi tumpuan kita adalah dokter. Kesembuhan seolah berada di tangan dokter dan obat-obatan. Padahal dokter dan obat-obatan hanyalah perantara untuk kesembuhan seseorang. 

Banyak orang yang berobat di rumah sakit kelas atas dan ditangani oleh dokter-dokter mumpuni namun masih saja belum sembuh. Cerita lain di alami seseorang yang hanya bermodalkan air putir dari seorang kiai lalu mendapatkan kesembuhan penyakitnya. Lantas timbul pertanyaan,  apakah air dari kiai lebih mujarab dari obat atau suntikan dokter? Saya rasa keduanya janganlah dipertentangkan apalagi diperdebatkan. Karena kiai dan dokter hanyalah perantara. Yang memberi kesembuhan tetaplah Allah SWT. Bahkan tidak sedikit orang yang tanpa berobatpun bisa sembuh. Itu semua karena kehendak Allah. Bisa jadi karena kekuatan doa, sholat ataupun sedekah yang bisa menyembuhkan orang tersebut.  

Terkait pengobatan saya tidak ingin membahas panjang lebar terkait persoalan medis. Justru saya ingin mengaitkan puasa sebagai metode dan solusi terbaik untuk menyembuhkan seseorang dari penyakitnya. Sejak zaman dahulu, puasa telah dijadikan media penting untuk pengobatan untuk mempercepat penyembuhan penyakit. Sebagaimana masyarakat Cina kuno, India, Romawi dan Yunani kuno telah menggunakan terapi puaasa untuk pengobatan. Masyarakat Mesir kuno juga menggunakan puasa sebagai sarana pengobatan.. hal itu terlihat dari bukti-bukti tertulis yang ditemukan di rumah-rumah ibadah, perkuburan, atau manuskrip-manuskrip papyrus yang mereka tinggalkan.

Ahli sejarah Mesir Kuno (Herodotus) bersaksi bahwa puasa tiga hari telah dilakukan masyarakat Mesir kuno. Dengan cara ini mereka mampu mengobati banyak penyakit. Dentgannya pula mereka mampu mejadi masyarakat yang lebih sehat dari masyarakt lain pada masanya. Herodotus juga menguatkan ketangguhan  Mesir kuno di bidang kedokteran pada masa itu. Selain itu, ada juga tabib Yunani seperti Aksadiyat, Selous, Hippocrates, juga menerapkan terapi puasa untuk mengobati penyakit-penyakit yang tak dapat disembuhkan dengan obat-obat  yang tersedia kala itu. 

Sementara itu, pada tahun 1928 M, Dr. Dterman menyampaikan ceramahnya pada konferensi yang diadakan di Amsterdam, ibukota Belanda, di depan pada spesialis dietetic. Di sana ia menjelaskan arti pentingnya penggunaan puasa untuk pengobatan berbagai penyakit. Ia juga menganjurkan para peserta untuk  menggunkannya pada praktik-praktik kedokteran. Selanjutnya, pada tahun 1941 M terbit sebuah buku berjudul Terapi Puasa Metode Biologis yang menjelaskanb metode puasa untuk mengobati berbagai penyakit kronis. Dijelaskan pula bahwa puasa mampu mengubah susunan konstruksi organisme tubuh, serta menyingkirkan racun-racun dan kotoran-kotoran berbahaya dalam tubuh. 

Sebenarnya ajaran Islam sendiri menjeslakan dengan gamblang terkait manfaat puasa bagi kesehatan tubuh. Seperti dalam hadits Rasulullah, “Puasalah kamu, niscaya kamu akan sehat,” (HR. Ahmad dalam Al-Musnad).  Sementara hadits lain menyatakan, “Tidak ada tempat diisi  oleh anak manusia yang lebih buruk daripada (mengisi) penuh perutnya. Cukuplah bagi manusia makan dengan beberapa suap yang bisa menegakkan punggungnya. Sekiranya tidak bisa dihindari, maka isilah sepertiganya dengan makanan, lalu sepertiganya (lagi) dengan minuman, dan sepertiganua (lagi) dengan nafas” (HR. At-Tirmidzi). Dan saya rasa  untuk melaksanakan hadits tersebut bisa dengan cara berpuasa.

Perlu digarisbawahi bahwa puasa sebatas ikhtiar untuk menyembuhkan dari penyakit yang kita derita. Tidak mesti semua penyakit bisa langsung sembuh mana kala kita berpuasa. Semua keputusan untuk menyembuhkan kembali kepada Allah. Puasa sebatas jalan untuk menyehatkan tubuh. Setidaknya kita berusaha untuk tetap menjaga kebugaran badan melalui puasa. Orang yang berpuasa sebenarnya tidak rugi walaupun penyakitnya belum sembuh. Karena bagiamanapun juga, setiap muslim yang puasa karena Allah otomatis akan mendapatkan ganjaran di hari akhirat kelak. 

Ada sisi spritual di balik hikmah berpuasa. Jangan beranggapan setiap puasa sunnah yang kita lakukan itu menjadi sia-sia karena Tuhan belum mengangkat penyakit yang kita derita. Sebagai seoang muslim, kita harus tetap berprsangka positif kepada Allah dalam setiap menjalani fase hidup. Bisa jadi kita menderita sakit parah karena Tuhan inging menghapuskan dosa-dosa di masa silam, bisa juga karena Tuhan ingin menguji sejauh mana kesabaran dan ketawakkalan kita sebagai hamba untuk menaikkan derajat kita. Intimya, setiap rasa sakit yang diterima harus dihadapi dengan lapang dada. Tanpa berkeluh kesah secara berlebihan tentunya. Sabar dan tawakkal kepada Allah. 

Setelah mengetahui manfaat puasa bagi kesehatan, maka alangkah lebih baiknya kita, terutama saya pribadi untuk membiaskan diri menjalankan puasa sunnah. Saya juga berpikir bahwa puasa ini bisa meningkatkan ketajaman dan kecerdasan berpikir seseorang. Karena dalam kondisi lapar kita akan mudah belajar sesuatu karena tidak gampang mengantuk. Beda ketika dalam kondisi kekenyangan. Yang terjadi bawaannya ingin membaringkan diri di kasur dan bersantai ria. Bahkan seorang ahli filsafat besar bernama Epicurus pernah berpuasa selama 40 hari untuk menambah kekuatan pikirannya dan daya kreatifitasnya sebelum memasuki ujian akhir di Universitas Alexandria. Lantas bagaimana dengan kita sebagai seorang muslim?

**

Muhammad Aufal Fresky, Kader Penggerak Nahdlatul ‘Ulama