Era Covid-19, Peluang Ekonomi Bengkulu Bangkit

Moh Fatichuddin

Oleh: Moh Fatichuddin, Statistisi Ahli Madya BPS Provinsi Bengkulu

Tanggal 5 Februari 2021 Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu melakukan rillis pertumbuhan ekonomi. Tahun 2020 perekonomian Bengkulu mengalami konstraksi minus 0,02 persen dibanding tahun 2019. Kontraksi terjadi pada 7 (tujuh) kategori lapangan usaha, sementara 10 (sepuluh) kategori yang lain mengalami pertumbuhan. Kategori perdagangan besar dan eceran merupakan kategori yang mengalami kontraksi terdalam hingga minus 3,88 persen. Sementara kategori jasa keuangan dan asuransi menjadi kategori yang mengalami pertumbuhan tertinggi hingga mencapai angka 15,5 persen.

Covid-19 telah berhasil merubah trend yang terjadi selama ini, jasa keuangan dan asuransi Bengkulu selama tiga tahun terakhir 2017-2019 mengalami kontraksi hingga angka minus 1,71 persen di 2018 dan membaik di 2019 menjadi minus 1,68 persen. Sementara kategori perdagangan besar dan eceran selama tiga tahu terakhir merupakan kategori dengan pertumbuhan relative tinggi di atas 5 persen, bahkan mencapai angka 7,04 persen.

Ekonomi dalam covid-19
Sejak munculnya covid-19 di awal tahun 2020, dalam waktu yang relatif cepat sudah mempengaruhi perjalanan ekonomi. Bagaimana transportasi langsung tersentuh oleh covid-19 yang selanjutnya menyebabkan hancurnya sektor primer. Dunia transportasi terutama udara di awal era covid-19 hingga triwulan ketiga dapat dikatakan “mati suri”. Hasil produksi pertanian yang dihasilkan tidak dapat terdistribusi dengan baik, karena tidak adanya transportasi yang mengangkutnya. Hasil panen yang tidak dapat terserap oleh konsumen sehingga menyebabkan harga menjadi relatif rendah, dampaknya pendapatan petani pun tidak dapat mencapai angka maksimal.

Dunia industri pengolahan mengalami kondisi yang tidak beda jauh, permintaan CPO dari perusahaan-perusahaan eksportir boleh dikatakan tidak jelas. Industri Provinsi Bengkulu pada umumnya bersifat sebagai penyuplai perusahaan-perusahaan eksportir yang berada di provinsi tetangga. Akibatnya kondisi sektor industri ini sangat tergantung dengan industri provinsi tetangga. Ketergantungan tersebut bak mata pisau, kadang menguntungkan dan kadang merugikan. 

CPO hasil dari Bengkulu dibawa ke eksportir yang berada di Lampung, Padang, Medan ataupun wilayah tetangga lainnya. Demikian juga dengan komoditas karet dan teh, karet mengalir ke provinsi tetangga Jambi. Perusahaan teh membawa produk setengah matangnya ke perusahaan teh di pulau jawa. Dengan tidak jelasnya permintaan eksportir maka berdampak pada tidak jelasnya pemanfaatan hasil panen dari petani kelapa sawit, karet ataupun teh.
Momen lebaran idhul fitri yang terjadi di pertengahan tahun menjadi momen yang “menyedihkan”.

Masyarakat muslim yang bekerja di perantauan tidak dapat menikmati indahnya hari yang fitri seperti biasanya. Ramadhan dan idhul fitri yang biasanya menjadi momen peningkatan pendapatan bagi semua sektor, kala itu hanya menjadi harapan yang hampa.

Peningkatan konsumsi dari rumah tangga yang biasanya terjadi pada momen Ramadhan, Idhul Fitri tidak terjadi. Ditambah lagi, di pertengahan tahun yang biasanya menjadi peralihan tahun ajaran baru, tahun akademik dan akan berdampak pada peningkatan konsumsi rumah tangga dan pendapatan dunia usaha tekstil dan percetakan serta perdagangan, namun di era covid-19 ini tidak terjadi.  

Akibatnya banyak usaha-usaha rumah tangga yang gulung tikar dan PHK terjadi, pengangguran pun mengalami kenaikan serta kemiskinan tidak dapat dielakan.Proyek infrastruktur yang direncanakan dilaksanakan di tahun 2020, menjadi proyek yang hanya tertulis di lembar perencanaan. Anggaran infrastruktur ataupun pembentukan modal, asset dan lainnya dialihkan ke dalam program pengendalian virus covid-19. 

Peluang di era covid-19
Dalam kondisi perekonomian yang sangat terpengaruh oleh dampak virus covid-19 saat ini masih terbuka peluang terjadinya perkembangan/pertumbuhan ekonomi. Teori ketergantunganmungkin dapat menerjemahkan kondisi saat ini tersebut. Merupakan suatu teori yang sangat berhubungan dengan kondisi saat ini, seperti yang dijelaskan oleh Evans bahawa ada bentuk ketergantungan yang ditandai oleh adanya aliansi antara kapitalis internasional, kapitalis domestik, dan pemerintah. Bentuk ini terjadi sebagai akibat “keharusan” bersanding dengan covid-19.

Evans menyebut aliansi ini sebagai “triple alliance.” Di dalam aliansi ini, pemerintah memainkan peranan yang menentukan dalam mengatur aliansi antara kapitalis local (masyarakat) dengan kapitalis internasioanal (fungsi regulasi). Dalam hal ini, pemerintah menggunakan kekuasaan ekonominya yang besar yang ditunjang oleh otoritas politik untuk mengatur dan mengarahkan pembangunan. Pemerintah hendaknya memiliki kemampuan untuk mencegah terjadinya pengerukan keuntungan oleh perusahaan-perusahaan transnasional (PTN) yang mengorbankan kapitalis lokal.

Namun demikian, proses interaksi di dalam aliansi tiga pihak ini selanjutnya menjadi kompleks, karena masing-masing pihak memiliki kepentingan yang dapat mengarah ke situasi konflik.

Kebijakan-kebijakan yang perlu dilakukan untuk memanfaatkan potensi kekayaan alam yang melimpah dalam proses pembangunan adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan cara peningkatan pendidikan, keahlian dan keterampilan bagi para pegawai, karyawan, pekerja dan mahasiswa/mashasiswi dalam bidang masing-masing, yang dipersiapkan untuk pengelolaan bidang-bidang atau potensi-potensi kekayaan alam tertentu.

Perlunya kebijakan pemerintah dalam rangka mendorong sistem perekonomian berbasis kemasyarakatan dengan memberikan partisipasi yang sebesar-besarnya bagi masyarakat untuk ikut dalam proses pembangunan 
Faktor-faktor yang mungkin menjadi penghambat industri di Bengkulu, keterbatasan teknologi di mana kurangnya perluasan dan penelitian dalam bidang teknologi menghambat efektifitas dan kemampuan produksi. Selanjutnya ialah kualitas sumber daya manusia.

Terbatasnya tenaga Profesional di Bengkulu menjadi penghambat untuk mendapatkan dan mengoperasikan alat alat dengan teknologi terbaru. Keterbatasan dana pemerintah yang mana dijelaskan bahwa terbatasnya dana pengembangan teknologi oleh pemerintah untuk mengembangkan infrastruktur dalam bidang riset dan teknologi. Keterbatasan dana ini sangat mungkin diselesaikan oleh peranan dari pihak akademik yang ada di Bengkulu. Sebagai bagian pengabdian tri dharmanya turut menghasilkan peningkatan teknologi.

Peningkatan sistem teknologi informasi dan sistem komputerisasi di era covid-19 ini sangat mungkin dilakukan. Keterbatasaan aktivitas menjadikan kesempatan pengembangan teknologi informasi lebih luas.

Bengkulu juga perlu melakukan peningkatan fasilitas teknologi penunjang sistem industrialisasi, sehingga produk hasil panen perkebunan tidak mengalir keluar, tetapi diolah di wilayah Bengkulu sehingga dapat meningkatkan nilai tambah. Disamping pengembangan teknologi, pemerintah juga perlu memperhatikan proses pasca panen.

Kepastian pasar dengan harga yang berpihak pada petani sangat diharapkan, sehingga petani nyaman dalam melakukan proses produksi pertanian. Produk mereka akan terserap dengan harga yang menguntungkan di sektor industri lokal Bengkulu, dan akhirnya meningkatkan nilai tambah yang diterima.

Minimalisir produk impor yang dianggap kurang bermanfaat untuk masyarakat Bengkulu dan manfaatkan produk lokal yang ada sangat diperlukan. Posisi net ekspor yang negative pada Provinsi Bengkulu menunjukkan lebih tingginya impor dibanding eksport. Pemberdayaan masyarakat dalam menghasilkan produk yang dibutuhkan masih sangat terbuka. Posisi geografis Bengkulu sangat memungkinkan memaksimalkan peranan masyarakat local dalam menghasilkan produk yang mereka butuhkan. 

Akhirnya untuk mewujudkan terjadinya pertumbuhan ekonomi di era covid-19 ini sangat diperlukan sinergitas dari triple alliance ditambah pihak akademik. Jadikan kendala kondisi covid-19 yang melanda sekarang menjadi peluang dalam pertumbuhan ekonomi Bengkulu untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Wallahualam…