Demo Lintas Komunitas: Berhenti Kecanduan Batu Bara

Demo di simpang lima Ratu Samban (Bengkuluinteraktif)

Bengkulutoday.com - Massa dari lintas komunitas lingkungan, yang terdiri dari mahasiswa dan seniman menggelar aksi demi di simpang lima Ratu Samban Kota Bengkulu, Jumat (20/9/2019). Mereka tergabung dalam Koalisi Menolak Punah, yang pada demo meneriakkan agar masyarakat mengakhiri ketergantungan dan kecanduan pada penggunaan energi batu bara.

Massa melakukan aksi diam sambil membentang spanduk bertuliskan "berhenti kecanduan batu bara" itu mengusung tema "jeda untuk iklim", dengan atribut massa serba hitam.

Aksi bertujuan untuk mengkampanyekan pentingnya transisi energi dari fosil ke energi terbaharukan secara adil, mewujudkan masa depan bebas energi fosil merupakan langkah nyata penanggulangan perubahan iklim untuk kelangsungan hidup kita dan generasi mendatang. 

"Bila pemerintah kita hari ini, masih mengandalkan batubara untuk sumber energi listrik seperti PLTU batubara, artinya mereka secara sadar memperburuk krisis iklim," kata Frengki, juru bicara aksi.

Krisis iklim global menyebabkan permukaan air laut terus naik, bisa menenggelamkan banyak pulau di penjuru nusantara dan dunia, pembakaran batubara, kebakaran hutan dan lahan dalam mencekik jutaan jiwa. "Kita bereaksi bersama jutaan orang lain di  seluruh dunia, memberi jeda untuk iklim dan membalikan keadaan,” jelas Frengki.

Lanjut Frengki, kaum milenial Bengkulu sebagai kelompok kritis telah memimpin gerakan "jeda untuk iklim", yang diadakan serentak di seluruh dunia menuntut dideklarasikannya status darurat iklim.

”Aksi kali ini diadakan tiga hari menjelang pertemuan The UN Youth Climate Summit yang digelar PBB di New York, dan akan disambung pada minggu tanggal 22 nanti ditaman berkas, dengan berbagai kegiatan seperti pawai iklim, pentas seni, puisi, seni mural dan lukis kain yang akan digelar di taman berkas Bengkulu dengan penampilan spesial dari Andi bebas vokalis band Boomerang,” imbuhnya.

Sementara itu, Koordinator Fossil Free Bengkulu, Cimbyo Layas Ketaren mengatakan, komitmen Pemerintah Indonesia dalam perjanjian di Paris yang disepakati pada tahun 2015 lalu tidak dilaksanakan dan bertolak belakang dengan pengembangan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batubara di kelurahan teluk Sepang saat ini.

“Sebanyak 2700 ton Batubara akan dibakar setiap hari bila PLTU tersebut beroperasi dan akan memancarkan 700 ton abu beracun ke udara yang dihirup warga kota Bengkulu setiap hari. Karena itu, kami sejak awal menolak proyek itu dan mendorong pemerintah segera mengembangkan energi terbarukan seperti tenaga surya (matahari),air dan angin yang tidak pernah habis dan dapat terus diperbaharui," ujar Cimbyo.

Pantauan dilokasi, aksi tersebut dimulai pukul 09.00 sampai Pukul 11.00 WIB dengan seruan "Berhenti Kecanduan Batubara" yang diarak oleh 18 orang di bundaran. Dalam aksi ini, juga disertai dengan pembagian stiker berisi informasi tentang pentingnya menghentikan penggunaan energi batubara untuk masa depan generasi.

Berikut seruan aksi dari Koalisi Menolak Punah:

  1. Stop PLTU batu bara Teluk Sepang
  2. Segera bentuk peta jalan transisi ke energi terbarukan
  3. Pulihkan kerusakan lingkungan dan kembalikan hak-hak korban
  4. Transisi berkeadilan bagi tenaga kerja terdampak.

(Kevin/Bengkuluinteraktif)