Dayung-Dayung dari Sumatera Barat Meriahkan Pertunjukan Seni Menduri Tebat

Pertunjukan Seni Menduri Tebat

Bengkulutoday.com - Minggu (29/12/2019) malam,  pertunjukan seni Kenduri Tebat digelar di Tobo Berendo, Danau Dendam Tak Sudah Kota Bengkulu. Pertunjukan yang diselenggarakan atas kerjasama Tobo Berendo dan Forum Pemuda Peduli Bengkulu (FPPB) ini, menghadirkan monolog dari Teater Pakur, musikalisasi puisi, pembacaan puisi, serta penampilan musik reggae.

Hadir sebagai pembaca puisi yakni Yusni Hidayat, Indri, dan Andom. Sanggar Seni Dayung-dayung yang berasal dari Sumatra Barat membawakan musikalisasi puisi, di antaranya puisi karya seniman Bengkulu, Jayu Marsuis dengan judul "Ingin Kuletakkan Matahari". 

Selain itu, Teater Klandestin juga turut memeriahkan acara dengan bermusikalisasi puisi. Teater Klandestin membawakan puisi "Pandanglah Aku" Karya Dheni Kurnia, yang pada November lalu dibawakan dalam acara Festival Teater Islam Dunia di Pekanbaru. Pertunjukan diakhiri dengan penampilan musik reggae dari grup Ayok. 

Pertunjukan monolog yang ditampilkan Iswandi Swend Dewa berjudul "Senok Biji Duren". Monolog yang ditulis Suzuanto Zuan ini mengisahkan tentang perjalanan seorang manusia. Perjalanan manusia dimulai di sebuah tempat yang pernah tokoh kunjungi sebelumnya. Di sini, ia merasakan sebagian tubuhnya hilang. Selanjutnya, tokoh membacakan pidato kebudayaan yang lebih mirip puisi, diisi penari latar yang membawa keranda kosong. Perjalanan berikutnya adalah pertemuan dengan seorang gadis yang menolak ketika ia lamar, dan diakhiri dengan tokoh memakan kue beraneka ragam yang dibawakan penari latar.

Penampilan monolog yang apik dan diiringi musik arahan Budi Ballet ini mampu membuat penonton terkesima. Penonton dapat menangkap pesan, bahwa kehidupan ini penuh dengan lika-liku kesedihan dan kegembiraan. Penyerahan nampan berisi makanan oleh penari kepada penonton sebagai bagian dari monolog, juga memberi kesan tersendiri bagi para penonton. Tak elak, tepuk tangan dan riuh kegembiraan mengakhiri pertunjukan ini.

Dedy Sucenk Bae sebagai tuan rumah sekaligus Presiden Tobo Berendo, menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada seluruh masyarakat Lembak dan para seniman yang telah menyukseskan acara ini. Ia berharap, kegiatan ini dapat menyandingkan budaya dan seni dengan alam. Dengan demikian, kehidupan menjadi harmonis dan selaras. Senada dengan ini, Fery Vandalis dari Forum Pemuda Peduli Bengkulu (FPPB) menyatakan bahwa Bengkulu adalah rumah para seniman. Diharapkan seniman bersatu dan bersama-sama membangun kesenian di Bengkulu.

Sebagai sebuah pertunjukan, ini bukan kali pertama pertunjukan seni diadakan di Berendo, Danau Dendam Tak Sudah. Hanya saja, pada pertunjukan kali ini, agaknya para seniman berusaha menampilkan suasana yang berbeda dari sebelumnya.

Di tangan kreator panggung, John Henry Susanto dibantu para perupa Bengkulu, lapangan Berendo disulap menjadi panggung berlatar lukisan acara kenduri di Danau Dendam Tak Sudah karya Meidy. Panggung juga dikreasikan dengan pondok kecil serta pencahayaan dari obor dan lampion. Sebuah panggung yang unik dan menarik, meski bukan berada di gedung mewah dengan beragam fasilitas.

Demikianlah, geliat seni di Bengkulu kian meluas dengan diadakannya pertunjukan ini. Di sini, tak hanya penikmat seni yang hadir, tapi masyarakat di sekitar Berendo turut serta meramaikan. Selain sebagai ruang untuk mengekspresikan perasaan manusia tentang keindahan, pertunjukan ini juga bermanfaat sebagai hiburan. Pada akhirnya, pertunjukan ini diharapkan dapat menggerakkan manusia untuk menjadi lebih baik, sebab pada dasarnya, seni bersifat dulce et utile, menyenangkan dan mendidik. (rls/bis)

*ralat judul : Dayung-Dayung dari Sumatera Barat Meriahkan Pertunjukan Seni Kenduri Tebat