Budaya Adalah Identitas

Slamet Imam

Sahabat budaya...

Akhir-akhir ini di media sosial banyak perbincangan tentang Pancasila dan agama. Saya teringat ketika saya masih kecil, jeans dan t-shirt belum banyak dipakai oleh bangsa Indonesia dan waktu itu di TVRI yang hitam putih sambil menunggu film cerita akhir pekan selalu di suguhi acara Cakrawala Budaya Nusantara.

Meskipun sebenarnya tidak begitu suka tapi acara itu cukup terkesan sehingga saya jadi tahu budaya masing masing daerah dan seakan akan  saya bisa langsung melihat dengan mudah saya juga sedang ada didaerah tersebut. Jadi sangatlah mudah untuk bisa  membedakan mana masyarakat Sumatra Barat, Bugis, Madura, atau Sunda. Karena pasti mereka ada identitas.

Begitu pula agama dan Pancasila. Kalau kita adalah masyarakat beragama, seharusnya mudah dibedakan dengan masyarakat yang kurang beragama apalagi yang tidak beragama. Menurut saya, apapun agama seseorang, seharusnya dalam dan ceteknya tercermin dari ahlak seseorang. Seperti bagaimana seseorang memperlakukan orang lain, memperlakukan keluarganya, dan bahkan memperlalukan ciptaan Tuhan lainnya.

Begitu pula dengan Pancasila yang bisa dengan mudah kita membedakan perilaku seseorang yang Pancasilais dengan yang tidak atau belum Pancasilais. Seperti Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Sering kita menyaksikan apalagi melalui media sosial Ahir ahir ini perilaku yang tidak manusiawi, perilaku yang dzalim (lawan kata adil adalah dzalim) dan perilaku biadab (lawan kata beradab adalah biadab) atau tidak beradab.

Sekarang malah kerap muncul kebanggaan bahwa orang tersebut belum dalam agamanya tapi bisa membiayai berbagai kebutuhan hidupnya. Apa hubungannya antara agama dengan kebutuhan hidup ? Apa hubungannya antara Pancasila dengan kebutuhan hidup ?

Rasanya saya ko jadi semakin bodoh. Diusia yang yang semakin tua, seharusnya kita semakin mudah membedakan orang yang agamanya dalam dengan yang rendah. Dan seharusnya pula kita bisa dengan mudah melihat perbedaan orang yang Pancasilais dengan yang kurang atau bahkan tidak Pancasilais. Semuanya bisa dibedakan melalui ahlak dan perilakunya sehari hari. Dan seharusnya penghormatan seseorang kepada orang lain dicerminkan dari tinggi-rendahnya ahlak dan tinggi-rendahnya perilaku.

Sekarang ini sulit kita membedakan antara orang beragama dan yang kurang beragama. Atau orang yang Pancasilais dengan yang kurang Pancasilais. Karena nilai-nilai kehidupan sudah tercampur aduk. Ibarat orang Bali, orang Jawa, dan semua suku sudah pakai jeans dan t-shirt semua. Mereka sudah tidak mau lagi menggunakan pakaian adat .
Ahirnya pakaian daerah tersingkirkan. Mirip dengan ahlak dan perilaku terasa sudah tidak dibutuhkan. Yang penting kebutuhan hidup terpenuhi.

Inilah topik yang  beberapa hari ini saya diskusikan sampai larut malam bersama ade ade BPD Desa Panca Mukti dalam rangka menyusun Rancangan Perdes tentang Adat Istiadat sebagai realisasi PERDA No 11 Th 2018 tentang Pemberlakuan Adat Di Kabupaten Bengkulu Tengah.

**

Slamet Imam, Budayawan di Sanggar Seni Budaya Pancamukti.