Bioteknologi Fermentasi Limbah Pertanian Sebagai Sumber Pakan Ternak

Fermentasi Jerami Padi

Jika kita mendengar kata limbah, apakah yang pertama kali muncul dipikiran kita? Ya, tentu saja sesuatu yang tidak bermanfaat bahkan tidak bernilai harganya bagi sebagian orang karena tidak memiliki keterampilan dalam pengelolaanya sehingga hanya dianggap sebagai limbah yang tak berati apa-apa.

Tapi tahukah anda bahwa ternyata dalam dunia pertanian banyak sekali limbah hasil pertanian yang tidak termanfaatkan dengan baik karena keterbatasan keterampilan petani dalam mengelolaanya. Maka, perlu sekali pemahaman tentang pemanfaatan limbah tersebut menjadi suatu inovasi produk yang bernilai ekonomis tinggi. Limbah hasil pertanian yang mana produk utamanya sudah dipanen bisa kita manfaatkan sebagai bahan pakan ternak yang berkualitas dengan kandungan nutrisi yang masih tetap terjaga sehingga dapat memenuhi kebutuhan bagi ternak, efisiensi pengeluran biaya bagi peternak serta dapat mengatasi limbah dalam pertanian sehingga dapat mendukung dalam prosses pertanian terpadu dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Dewasa ini, usaha ternak ruminansia yang diperuntukkan untuk  menghasilkan daging  berkualitas baik, pada umunya dihadapkan pada masalah ketersediaan  pakan baik berupa hijauan maupun konsentrat. Produksi hijauan pakan menjadi lebih terbatas karena pertambahan penduduk yang membutuhkan lahan untuk pemukiman, perluasan lahan untuk produksi pangan dan pembangunan subsektor lainnya. Oleh sebab itu, penyediaan pakan memerlukan pengolahan limbah pertanian yang relatif sederhana untuk mendukung ketersediaan pakan sepanjang tahun sehingga kebutuhan ternak dapat terpenuhi dengan baik.

Pada  musim kemarau, produksi hijauan sangat rendah dan ternak kekurangan pakan. Disamping itu kepemilikan lahan petani sangat terbatas dan umumnya dimanfaatkan bagi tanaman pangan, sehingga budidaya untuk tanaman pakan hanya dapat dilakukan sebagai tanaman sela dengan hasil terbatas. Dengan meningkatnya skala usaha, keterbatasan ketersediaan hijauan terutama pada musim kemarau sangat berpengaruh terhadap menurunnya produktivitas ternak karena kekurangan pakan. Untuk mengatasi masalah kekurangan pakan tersebut, perlu dicarikan pakan alternatif sebagai pengganti hijauan. Pemanfaatan limbah pertanian dengan menggunakan bioteknologi dapat kita terapkan dalam menunjang kebutuhan pakan harian ternak. Limbah pertanian yang dapat kita manfaatkan dengan menerapkan bioteknologi sebagai pakan ternak yaitu jerami padi karena ketersediannya yang sangat melimpah serta kurangnya pengelolaan limbah jerami padi tersebut, maka kita dapat memanfaatkanya menjadi bahan pakan ternak fermentasi dengan memanfaatkan bioteknologi.

Jerami padi merupakan salah satu alternatif yang memiliki potensi menjadi pakan ternak pada kondisi tertentu. Potensi jerami padi tersebut ditunjukan oleh ketersediaanya yang melimpah dan sebagian cendrung tidak termanfaatkan. Sayangnya, proses pembuangan yang sering dilakukan adalah pembakaran dilahan pertanian sehingga akan menimbulkan pencemaran udara. Pemanfaatan jerami padi sebagai pakan baru mencapai 31-39%, selainya untuk dibakar atau dikembalikan ketanah 36-62%, serta untuk industri 7-16%. Jerami padi merupakan limbah pertanian yang tersedia dalam jumlah cukup banyak dibanding dengan limbah pertanian lainnya, serta mudah diperoleh untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan sebagian menjadi kompos. Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang cukup besar jumlahnya dan belum sepenuhnya dimanfaatkan karena selalu dibakar setelah proses pemanenan. Produksi jerami padi bervariasi yaitu dapat mencapai 12-15 ton jerami segar per ha satu kali panen, atau 4-5 ton jerami kering per ha tergantung pada lokasi dan jenis varietas tanaman yang digunakan. Oleh karena itu, jerami padi sangat penting artinya untuk dimanfaatkan menjadi makanan ternak ruminansia khusususnya sapi potong, kambing dan domba. Hanya saja jerami padi mutunya rendah, dimana jerami padi mengandung serat kasar dan silikat yang tinggi sedangkan kadar protein dan daya cernanya rendah. Daya cerna yang rendah disebabkan karena tingginya kandungan lignoselulosa, lignin dan silika, sedangkan nilai gizi yang rendah terutama disebabkan karena sedikitnya kandungan energi, protein mineral dan vitamin. Kualitas jerami padi dapat ditingkatkan baik secara kimia maupun biologi. Peningkatan jerami padi melalui biologi adalah melalui fermentasi.

Fermentasi merupakan proses pemecahan senyawa organik menjadi sederhana yang melibatkan mikroorganisme dengan tujuan menghasilkan suatu produk yang mempunyai kandungan nutrisi, tekstur yang lebih baik memperpanjang masa penyimpanan, mengendalikan pertumbuhan mikrobia, mempertahankan gizi yang dikehendaki, menciptakan kondisi kurang memadai untuk mikrobia kontaminan.  Untuk meningkatkan mutu jerami padi, perlu dilakukan proses fermentasi. Fermentasi merupakan suatu proses yang memanfaatkan mikroba dengan tujuan merubah substrat menjadi produk tertentu seperti yang diharapkan. Fermentasi merupakan salah satu metode untuk meningkatkan nutrisi yang sesuai dengan karakteristik jerami padi karena relatif muda dan hasilnya bersifat palatable sehingga lebih mudah diberikan pada ternak ruminansia. Pakan fermentasi adalah pakan yang diberi perlakuan dengan penambahan mikroorganisme atau enzim sehingga terjadi perubahan biokimiawi dan selanjutnya akan mengakibatkan perubahan yang signifikan pada pakan.Fermentasi jerami tidak hanya dapat meningkatkan manfaatnya akan tetapi juga mampu mengurangi polusi karena proses pembakaran di ladang sehingga diharapkan dapat menjaga efek keseimbangan ekologis. Metode penambahan substrat fermentasi baik secara langsung maupun tidak langsung sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas fermentasi telah banyak dilakukan.

Fermentasi pada jerami dalam meningkatkan nutrisi dapat dilakukan dengan menggunakan urea dan probiotik. Probiotik adalah campuran berbagai mikroorganisme yang berguna untuk mempercepat proses pemecahan serat jerami padi, sehingga mudah dicerna oleh ternak. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu fermentasi adalah suhu. Pada suhu yang tepat mikroorganisme akan tetap tumbuh dan berkembang dengan baik. Disamping itu, fermentasi jerami dapat dilakukan dengan baik dalam kondisi aerob maupun anaerob dan didiminasi oleh bakteri asam laktat yang bersifat fakultatif anaerob. Ternak sapi  yang menkonsumsi jerami padi menghasilkan  kotoran (pupuk kandang), yang nantinya apabila dikelola secara baik, akan menjadi pupuk organik dan akan  bermanfaat optimal bagi tanaman. Pengolahan dilakukan dengan mengambil jerami padi di angina-anginkan untuk mengurangi kadar air dan dilakukan chopper (pemotongan). Pemberian molasses (tetes tebu), biostarter (EM4) dan bekatul dicampurkan kemudian disiramkan pada jerami padi setelah dirasa tercampur semua jerami padi tersebut dimasukkan kedalam ember atau ruang yang kedap supaya terjadi proses fermentasi. Lama waktu fermentasi ± 3 Minggu. Cara  yang relatif murah, praktis dan hasilnya sangat disukai ternak sapi adalah melalui proses fermentasi dengan menambahkan bahan mengandung mikroba proteolitik, lignolitik, selulitik, lipolitik dan bersifat fiksasi nitrogen non simbiotik (starbio, starbioplus, probion). Hal ini akan meningkatkan motivasi untuk meningkatkan ternak sapi yang dipelihara serta pemanfaatan limbah jerami padi sebagai bahan pakan ternak merupakan suatu program dalam mengatasi pencemaran lingkungan. Penggunaan bioteknologi pemanfaatan limbah pertanian (jerami padi) sebagai pakan ternak harapanya dapat mengatasi permasalah ketersediaan pakan segar di Indonesia karena semakin sempitnya lahan hijauan serta juga dapat mengatasi ketersediaan pakan di musim kemarau karena melalui proses fermentasi ini daya simpan pakan menjadi lebih lama. Sehingga dapat menguntungkan bagi peternak serta ternak itu sendiri dalam memenuhi kebutuhan nutrisi hariannya.

***

Bela Yolanda, Mahasiswa Universitas Bengkulu