Berpolitiklah Yang Cerdas, Jangan Saling Menjatuhkan

Heru Saputra
Heru Saputra

Oleh : Heru Saputra

(PW Gerakan pemuda islam indonesia (GPII) dan direktur eksekutif Jaringan intlektual manifesto muda (JIMM) Bengkulu)

Dalam sebuah kompetisi, wajar jika masing-masing pihak saling menunjukkan kehebatan dengan maksud menjatuhkan mental lawan. Tapi hasil akan dibuktikan bila pertandingan telah usai.. Dalam hal pemilihan pemimpin, tidak bisa di samakan dengan sebuah pertandingan karena resiko sangat mahal dan waktu sangat panjang. Bila dibiarkan maka dampak resiko ini ada pada rakyat, bangsa dan Negara.

Bagaimana menyoal pemimpin tua dan muda?
Dalam 63 tahun bangsa kita merdeka, sudah banyak kita belajar, dan saat ini bangsa kita masih dalam proses berobat jalan, untuk sembuh dari berbagai penyakit kronis, seperti korupsi, kemiskinan dan kebodohan , kita masih sibuk menentukan kreteria pemimpin. Kita belum punya sistem pemilihan pemimpin yang baku, yang bisa diterima oleh seluruh rakyat.

Dalam kebingungan memilih kreteria pemimpin, antara tua dan muda, semua ini adalah berawal dari ketidak percayaan terhadap pemimpin tua yang mewarisi nilai-nilai feodal, korupsi dan tidak punya program jelas terhadap kesejahteraan rakyat. Terbukti ketika pemilu tiba, semua calon pemimpin merebut hati rakyat dengan berbagai kata-kata indah, tapi bila sudah selesai pemilu semua lupa pada janji dan menjauh dari rakyat.. Yang menyakitkan lagi pemimpin baru membuat kebijakan yang memberatkan hidup rakyat, seperti 2004 hingga saat ini hidup rasanya berat, dari kebutuhan pokok, pendidikan dan kesehatan yang sangat mahal..

Ketidak pekaan hati dan perasaan pemimpin Tua dengan segala sepak terjangnya, maka generasi muda melihat hal ini menjadi geregetan. Dengan darah muda bergejolak, sehingga tidak sabar menunggu giliran. Begitu sebaliknya pemimpin tua tidak sadar atas kemauan rakyat.

Bagaimana seharusnya? kalau mau jadi pemimpin.? syarat utama adalah menanamkan kepercayaan terhadap rakyat dan selanjutnya mampu mengemban kepercayaan itu.. apakah pemimpin Tua atau Muda karena masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan. Kesadaran seorang pemimpin terhadap kepercayaan inilah yang dibutuhkan. Mungkin pemimpin Tua bisa lebih bijak, mampu mengendalikan diri dan mempunyai wawasan, sedangkan pemimpin muda lebih punya visi-misi yang kreatif lebih energik dan bersemangat. Kalo tua – muda di padukan maka akan saling mengisi kelemahannya..

Dengan kondisi bangsa saat ini, marilah kita saling membantu dan jangan saling menjatuhkan demi mendapatkan suara banyak. Berpolitiklah dengan menggunakan etika.. kalo mau jadi pemimpin yang dikenang, maka jadilah politikus yang menggunakan etika, sopan dan bermoral.. kalo terpilih nantinya maka jadilah negarawan yang berbudi Luhur..

Semoga bangsa kita cepat sembuh dari rawat jalan yang sudah 10 tahun sakit dan sampai saat ini belum ketemu dokter yang bisa dipercaya..

Selamat berkompetisi di pilwakot 2018 dan pemilu 2019, stop black campaign.

NID Old
4109