Bangun Ekosistem Kesejarahan, Direktorat Sejarah Gandeng Komunitas

Usai acara pembukaan Forum Penggiat Komunitas Sejarah 2018 para peserta, narasumber dan panitia melakukan sesi foto-foto di Hotel Hotel Amos Cozy, Blok M, Jakarta Selatan, Jumat (29/6/2018) malam
Usai acara pembukaan Forum Penggiat Komunitas Sejarah 2018 para peserta, narasumber dan panitia melakukan sesi foto-foto di Hotel Hotel Amos Cozy, Blok M, Jakarta Selatan, Jumat (29/6/2018) malam

Jakarta, Bengkulutoday.com - Pemerintah berupaya mewujudkan tata kelola yang baik dan dilakukan dengan menjaga konsistensi serta mengoptimalkan partisipasi masyarkat di semua sektor kegiatan di bidang sejarah.

“Kami menginisiasi Forum Penggiat Komunitas Sejarah untuk membentuk Ekosistem Kebudayaan bidang sejarah, ” ujar Direktur Sejarah, Triana Wulandari saat membuka kegiatan Forum Penggiat Komunitas Sejarah 2018 di Hotel Amos Cozy, Blok M, Jakarta Selatan, Jumat (29/6/2018) malam.

Direktur Sejarah mendampingi Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Hilmar Farid yang juga sebagai Ketua Umum Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) dan bertindak sebagai keynote speech. Kegiatan forum sendiri berlangsung 29 Juni - 1 Juli 2018.

Inisiasi kegiatan forum itu, kata Triana, sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Juga, menjadi dasar hukum membangun kebudayaan Indonesia melalui pemajuan kebudayaan.

“Pemajuan sejarah harus dilaksnakan secara kolektif dan berkesinambungan dengan melibatkan berbagai pihak sebagai upaya pemajuan dan kemajuan kebudayaan di Indonesia, ” katanya.

Di hadapan 200 peserta yang berasal dari Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten, Direktur Sejarah ‘merangkul’ berbagai kalangan dari lintas profesi untuk ambil bagian dalam acara perdana dari para penggiat sejarah.

“Acara perdana ini dihadiri 200 peserta dari delapan profesi, yaitu penulis dan peneliti sejarah, pengelola komunitas, penerjemah naskah sejarah, arsiparis, dosen dan guru sejarah, pemandu sejarah, pegiat film sejarah dan pembuat media sejarah. Juga, dari komunitas blogger sejarah dan volunteer museum, ”  ungkapnya.

Sementara itu, ketua umum MSI menyambut positif acara yang digelar oleh Direktorat Sejarah, Ditjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, sehingga bisa menghasilkan berbagai rekomendasi.

“Kami sangat apresiasi kegiatan ini mengumpulkan pegiat komunitas sejarah. Di MSI biasanya pertemuan digelar lima tahun sekali dan kalau bisa jadi kegiatan rutin setahun sekali. Ini yang bicara ketua MSI bukan Dirjen Kebudayaan ya, ” ucap Hilmar disambut tepuk tangan peserta.

Pasalnya, jika digelar rutin setahu sekali, maka forum ini bisa menjadi ajang pemersatu komunitas penggiat kesejarahan, sekaligus menjadi wadah untuk pertemuan para penggiat kesejarahan di Indonesia.

“Saat ini kelompok-kelompok sejarah bergerak di lingkungan sejarah massing-masing melalui ekosistem dan dengan adanya forum bisa saling mendukung dalam upaya pemajuan kebudayaan bangsa, ” harapnya. [Rls]

NID Old
5051