Anis Matta: Runtuhkan Tembok dan Bangun Jembatan Bersama Untuk Indonesia

Anis Matta

Jakarta, Bengkulutoday.com - Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta mengungkapkan, pendirian Partai Gelora berawal dari sebuah perenungan dan diskusi panjang di Bali selama beberapa tahun dari 2013-2019, semenjak gagal menjadikan Partai Keadlian Sejahteraa (PKS) menjadi partai terbuka. 

Bali telah memberikan inspirasi dan ilham bagi Partai Gelora karena memiliki keragaman, serta bisa menjawab kegelisaan dirinya terhadap krisis yang menimpa bangsa ini. 

"Saya datang kembali, karena rindu dengan Bali ini. Karena ada terlalu banyak cerita di sini dibalik pendirian sebuah partai baru yang kita beri nama Partai Gelombang Rakyat Indonesia atau Partai Gelora," kata Anis Matta dalam acara Simakrama dengan DPW dan DPD se-Bali di Princes Keisha Hotel, Kamis (25/11/2021) malam. 

Menurut dia, Bali memiliki aura dalam menyelesaikan kerumitan masalah keragaman. Selain itu, Bali juga menjadi tempat diskusi tentang sebuah krisis besar, yang kemudian kebenarannya terbukti saat ini, terjadinya krisis berlarut akibat pandemi Covid-19. 

"Jadi ide dan gagasan besar Partai Gelora dari Bali ini, kemudian kita bawa ke Masjidil Haram sebelum mengambil keputusan untuk mendirikan partai ini, yang memerlukan kekuatan spiritual yang lebih besar. Kita istikharah di Masjidil Haram, kita ambil keputusan mendirikan partai," ujarnya. 

Karena itu, kata Anis Matta, Partai Gelora adalah partai yang pertama mendapatkan berkah dari krisis. Dimana pendiriannya dilakukan saat krisis, didaftarkan dan disetujui sebagai partai politik berbadan hukum juga saat krisis. 

"Partai Gelora ini, partai yang pertama mendapatkan berkah dari krisis. Kita mendiskusikan bagaimana mengantisipasinya berhari-hari selama beberapa tahun di Bali, meskipun kita tidak tahu persis awalnya, krisis ini kapan akan dimulai dan kapan akan berakhirnya" katanya. 

Dihadapan ratusan kader Partai Gelora di Bali, Anis Matta, mengaku telah menemukan permodelan kampanye baru selama krisis. Partai Gelora, lanjutnya, siap memenangi Pemilu 2024 dan lolos ambang batas (parliamentary threshold) 4 persen. 

"Kalau mencari ketenangan datanglah ke Bali, kalau mencari jawaban kegelisahan datanglah ke Partai Gelora. Dulu Budi Utomo dan Sumpah Pemuda juga lahir dari kegelisahan, sementara sekarang ini kita sebagai bangsa tidak mengetahui bagaimana cara menghadapi kegelisahan itu," katanya. 

Anis Matta menegaskan, upaya untuk mendapatkan jawaban kegelisahan atas krisis ini, sebenarnya sudah dia mulai ketika masih menjadi Presiden PKS. Kala itu pada 2013, ia menggelar kongres di Bali untuk menjadikan PKS sebagai partai terbuka. 

Namun, upaya itu mendapatkan perlawanan besar-besaran dari elit PKS yang sepertinya tidak ingin berubah. Anis Matta berpandangan cita-cita besarnya tentang Indonesia, tidak boleh berhenti dan harus jalan terus. 

Sehingga ia memutuskan keluar dari PKS, yang telah menjadikan dirinya sebagai Sekretaris Jenderal dan President PKS. Anis Matta lantas mendirikan Partai Gelora bersama Fahri Hamzah, Mahfuz Sidik, Achmad Rilyadi dan mantan kader PKS yang memiliki visi jauh ke depan mengenai Indonesia dan kemudian mendirikan Partai Gelora. 

"Kita telah meruntuhkan tembok, meninggalkan masa lalu, menatap masa depan. Kita mulai membangun jembatan-jembatan baru sebanyak mungkin untuk berkolaborasi. Bali ini pelaku sejarah, bagaimana meruntuhkan tembok-tembok, tersebut, dan membangun jembatan baru secara bersama-sama," tegasnya.