Anggota DPRD Benteng yang Merupakan Istri Bupati Mengadakan Pertemuan dengan Anak-Anak Penderita Thelasemia

foto bersama

Bengkulutoday.com - Anggota DPRD kabupaten Bengkulu Tengah yang merupakan istri Bupati Bengkulu tengah mengadakan pertemuan dengan anak-anak penderita thelasemia (kelainan darah), bertempat di ruang rapat Bupati. Selasa (30/6/2020)

Anggota DPRD Bengkulu Tengah Elvita Ferry Ramli, bersama Direktur  RSUD Bengkulu Tengah dan perwakilan Dinas Kesehatan mengadakan pertemuan guna berbagi cerita dan mencari solusi bantuan bagi anak-anak /masyarakat yang menderita telasemia.

Kegiatan ini juga dihadiri oleh kepala UPTD PPA Provinsi Bengkulu Ainun Mardiati dan Funder yayasan perhati Thelasemia Marzulasmi S T  M.Ling serta anak-anak penderita thelasemia bersama orang tuanya dari beberapa desa di Kabupaten Bengkulu Tengah.

Elvita Ferry Ramli menjelaskan bahwa kami menghadirkan ibu-ibu dan bapak beserta anaknya kesini agar dapat menceritakan dan berkonsultasi tentang thelasemia ini. Disini juga hadir  Dokter Hilen, agar dokter hilen dapat menjelaskan secara rinci tentang penderita thelasemia ini sendiri” jelas elvita

Ditambahkan Elvita Ferry Ramli bahwa di RSUD bengkulu tengah akan bisa Tranfusi darah bagi penderita thelasemia , sehingga tidak perlu ke Rumah sakit ke Kota Bengkulu lagi” tutupnyaDirektur RSUD kabupaten Bengkulu Tengah dr Listikarini Hilen W menyampaikan bahwa di RSUD kita sekarang bisa manangani tranfusi bagi penderita thelasemia untuk penanganannya juga sudah ada yang telah terlatih, dilatih di kementrian kesehatan dan yang belum kita miliki lagi adalah Regence untuk dalam dan kantong darah. Regence itu kesulitan mendapatkannya karena masa covid-19 ini . Harapan kami dalam 1 atau 2 minggu ini penyedian tranfusi darah bagi penderita thelasemia bisa dilaksanakan di RSUD kabupaten Bengkulu Tengah ini. Dan RSUD pun akan bekerja sama dengan puskesmas -puskesmas yang ada disetiap desa,“jelas Hilen

"Kepala UPTD PPA Provinsi Bengkulu Ainun Mardiati menyampaikan bahwa dari kegiatan yang dilakukan sekarang dapat ditanggapi bahwa yang membuat kecenderungan masyarakat belum melakukan tranfusi darah untuk anak penderita Thelasemia dikendalai oleh trauma dan kurangnya pengetahuan tentan bahaya bagi penderita thelasemia. Sehingga kita sebagai orang yang lebih mengetahui jelas tentang thelasemia ini harus dapat merangkul , memboponh, mangajak, membantu masyarakat dalam penangannya,” tutup Ainun.

 

sumber: Media Center Bengkulu Tengah