Aksi Literasi Media Dukung Kebijakan Pemerintah Atasi Covid-19

Foto Ilustrasi

Oleh : Gracia Gunawan 

Keberhasilan program pemerintah dalam menangani corona tergantung pada sikap masyarakat. Sayangnya ada yang menolak untuk pakai masker dan bandel melanggar protokol kesehatan. Sikap oknum ini bisa dicegah jika ada aksi literasi di media publik, sebagai bentuk kampanye agar masyarakat mau mengikuti peraturan dan taat protokol.

Durasi pandemi yang sangat lama membuat masyarakat jenuh dan akhirnya melanggar berbagai protokol kesehatan. Di akhir tahun ini, banyak yang menyelenggarakan pesta pernikahan yang mengundang banyak orang, dan lupa sekarang masih ada corona. Banyak yang mengelus dada dan sedih karena kelalaian seperti ini.

Saat pandemi memang membuat masyarakat terbagi jadi 2 kubu.  Mereka ada yang tetap kukuh mematuhi protokol kesehatan, namun ada yang malas-malasan. Generasi muda sebenarnya bisa mengubah keadaan tersebut dengan mendukung kebijakan pemerintah dan memanfaatkan media sosial. Tujuannya agar yang lalai dan termakan hoax jadi patuh kembali.

Forum Pegiat Media Sosial Independen (FPMSI) membuat gerakan sebar konten positif dukung kebijakan pemerintah. Rusdil Fikri, ketua FPMSI menyatakan bahwa ia mendukung upaya penanganan pandemi covid-9 guna suksesnya program kebijakan nasional. Dalam artian, media sosial digunakan kaum muda untuk meng-upload status positif, bukannya hoax.

Rusdil melanjutkan, generasi milenial adalah kaum muda yang punya semangat tinggi. Oleh karena itu patut untuk disalurkan agar mereka semangat juga dalam melawan hoax dan penyebaran coroa. Juga mendukung program pemerintah. Ia juga membuat program penyebaran konten positif dan kreatif di media sosial agar ada literasi edukasi di masyarakat.

Mengapa harus melalui literasi edukasi? Karena buktinya, tingkat literasi di Indonesia masih sangat rendah. Banyak orang yang malas membaca buku dan tidak pernah lagi membelinya, setelah lulus sekolah. Membaca dianggap sebagai pekerjaan cendikiawan, dosen, dan pekerja kelas tinggi lainnya. Padahal membaca adalah sebuah keterampilan hidup yang wajib dimiliki semua orang.

Bahaya dari rendahnya tingkat literasi adalah banyak orang yang termakan oleh hoax. Karena mereka termakan oleh judul berita yang heboh. Padahal judul dan isi berita bisa berbeda jauh. Mereka termakan hoax dan malas membaca seluruh isi beritanya. Misalnya ketika ada hoax bahwa vaksin corona itu mengandung babi, akan sangat bahaya jika dpercaya.

Oleh karena itu kaum muda bisa jadi penggerak agar tidak ada lagi yang terjebak hoax semacam itu. Tujuannya agar program pemerintah untuk menangani corona berhasil 100%. Masyarakat jadi patuh dan mau menaati protokol kesehatan, mau divaksin, serta tak percaya hoax mentah-mentah.
Cara agar generasi milenial menjadi pendukung program pemerintah adalah dengan membuat konten positif di media sosial. Jangan hanya membuat status galau yang tidak jelas. Namun buatlah status untuk mendukung penanganan corona dan hanya share berita dari media online yang terpercaya, agar tidak terlanjur menyebar hoax.

Konten itu juga bisa berupa poster, meme, atau infografis. Gambar-gambar tersebut bisa di-upload di Instagram dan Twitter agar lebih banyak yang melihat dan mendukungnya. Ketika banyak konten positif untuk dukung langkah pemerintah dalam mengatasi corona, maka akan di-share ulang (retweet atau regrann) dan jadi viral.

Jika sudah viral maka kampanye konten positif akan berhasil. Hoax diberantas karena tenggelam oleh konten lain yang mendukung penanganan corona. Generasi muda berhasil jadi penggerak untuk menyokong program pemerintah, dan berjuang agar pandemi lekas berakhir.

Di media sosial, jangan asal share suatu berita tentang corona. Cek dulu apakah itu hoax atau bukan. Kaum muda juga bisa mendukung program pemerintah dalam mengatasi pandemi covid-19, dengan membuat berbagai konten positif. Tujuannya agar banyak yang melihatnya dan ikut mendukung program itu juga. 

(Penulis adalah warganet aktif dalam Forum Literasi di Semarang)