96 Desa di Bengkulu Rawan Gempa Bumi-Tsunami

Radar Gempa Bengkulu Desember 2017

Bengkulutoday.com - Wilayah pesisir Provinsi Bengkulu rawan terjadi gempa dan tsunami. Setidaknya ada 96 desa yang rawan bencana stunami dan gempa bumi tersebut. Palang Merah Indonesia (PMI) bekerjasama dengan Palang Merah Jepang telah melakukan pendampingan kepada warga yang berada di wilayah pesisir tersebut agar sadar dan tanggap ketika terjadi bencana alam gempa bumi dan tsunami.

"Data kami menunjukkan 96 desa di Bengkulu rawan gempa dan tsunami,” kata Sekretaris PMI Provinsi Bengkulu, Joni Saputra saat penutupan program kerjasama PMI dengan Palang Merah Jepang ‘Program Integrated Community Base Risk And Reduction’ (ICBRRI) di Gedung Daerah Balai Raya Semarak Bengkulu, Senin (2/12/2019) malam.

Dari 96 desa yang rawan bencana itu, 43 desa sudah dilakukan pendampingan dan 30 desa diantaranya didampingi bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Sementara 9 desa yang telah maksimal didampingi melalui program hingga bisa mewujudkan desa tangguh dari bencana alam. “Mulai dari sosialisasi bencana alam, hingga memberikan pelatihan kepada warga,” tegasnya.

Tak hanya pelatihan tanggap bencana alam yang diberikan, tapi juga pelatihaan usaha mandiri. Sebab, menurut Joni, pelatihaan usaha mandiri itu lebih menarik masyarakat, untuk benar-benar memahami kesiap-siagaan menghadapi bencana alam. “Metode ini perlu kami lakukan agar memahami benar bisa memahami bencana alam. Di samping itu, juga bisa memberikan nilai ekonomi untuk masyarakat,” tutur Joni.

Sementara itu, Ketua Bidang Penanggulangan Bencana PMI Pusat, Letjen TNI (Purn) Sumarsono SH mengatakan, ke depan tidak hanya 9 desa saja yang maksimal didampingi melalui program-program PMI. Desa lainnya yang rawan bencana di Provinsi Bengkulu bisa ikut didampingi secara maksimal.

“Ke depan ini harus dikembangkan lagi. Apalagi bisa menciptakan sisi ekonomi untuk masyarakat,” terang Sumarsono. Diterangkannya, bencana alam itu bisa ditanggulangi melalui tiga cara. Yaitu pra bencana, emergency dan recovery atau pemulihan. Dalam melakukan hal itu, ada tiga kompenen yang jadi sasaran, yaitu SDM, kompenen masyarakat tanggap bencana dan kearifan lokal yang harus terus dipelihara.

“Kearifan lokal ini penting untuk dipelihara. Seperti memulihkan kembali tanaman pinggir laut dengan penanaman pohon mangrove dan lain sebagainya,” tegasnya. Dalam pendampingan itu, tentu tidak hanya bisa dilakukan oleh PMI, melainkan harus ada campur tangan pemerintah. Agar apapun yang menjadi program tanggap bencana alam bisa disalurkan ke masyarakat.

“Pemerintah harus menindaklanjutinya,” tutur Sumarsono. Di sisi lain, Staf Ahli Gubernur Bengkulu, Muslih Z mengatakan, apa yang menjadi program PMI dalam pencegahaan bencana alam tetap akan ditindaklanjuti oleh pemerintah. Apalagi terkait mendorong masyarakat menciptakan produk unggulan.

“Mengangkat produk unggulan daerah ini sangat tepat. Apalagi pemprov saat ini sedang fokus untuk itu,” terang Muslih. Bengkulu, lanjut Muslih, memang rawan bencana alam. Terlebih jumlah penduduk dalam setiap tahunnya terus bertumbuh. Hal ini tentu akan menjadi fokus pemerintah, ketika terjadi bencana alam, masyarakat bisa tanggap dalam bencana. Khususnya untuk melakukan penyelamatan.

“Pencegahaan terus kita lakukan. Tentunya sadar bencana alam itu lebih penting, daripada melakukan penanggulangan pasca bencana alam,” tutupnya.

Sumber: Bengkuluekpress.com