2 Bulan 12 Penyu Mati, Kanopi dan IMM Desak Pemerintah Usut Tuntas!

Penemuan 2 ekor penyu mati pada Jumat

Bengkulutoday.com - Data dari LSM peduli lingkungan, Kanopi Bengkulu menyebut, sebanyak 12 penyu telah mati dalam kurun waktu dua bulan terakhir. 12 penyu itu mati dilokasi berbeda di kawasan Pantai Panjang dan sekitarnya, salah satu lokasi ditemukannya penyu mati adalah didekat saluran pembuangan limbah air bahang PLTU Batu Bara di Teluk Sepang.

Penemuan penyu mati berlangsung sejak 10 November 2019 lalu. Secara berturut-turut, penyu mati berkelanjutan. Hal tersebut menurut para nelayan merupakan hal yang tak biasa dan belum pernah terjadi sebelumnya.

Lihat saja setelah tanggal 10 November 2019, pada tanggal 18 November 2019 kembali ditemukan penyu mati. 

Secara berturut-turut, sejak Rabu (4/12/2019) ditemukan penyu mati sebanyak 4 ekor. Kemudian pada Kamis (5/12/2019) kembali ditemukan 1 ekor penyu mati. Dan terbaru, pada Jumat (6/12/2019), kembali ditemukan 2 ekor penyu mati tak jauh dari lokasi pembuangan limbah PLTU Batu Bara di Teluk Sepang.

Jadi dari 10 November 2019 hingga 6 Desember 2019, telah ditemukan sebanyak 12 penyu yang mati.

Hingga kini, belum diketahui penyebab pasti kematian penyu dan ikan ini. Meski rombongan tim DLHK Provinsi Bengkulu sudah turun ke lapangan dan mengukur suhu dan pH air limbah bahang, namun tidak ada jawaban pasti penyebab kematian biota laut ini.

Sementara itu, Health, Safety, and Environment (HSE) Engineer PT Tenaga Listrik Bengkulu yang menaungi PLTU Batu Bara di Teluk Sepang, Zulhelmi Burhan mengatakan, kematian sejumlah penyu dan ikan tersebut bukan akibat aktivitas PLTU. Menurutnya, berdasarkan hasil penelitian laboratorium yang telah dilakukan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bengkulu pada 21 November 2019 menunjukkan bahwa outlet air di saluran pembuangan masih memenuhi baku mutu air dengan parameter ph 8,32, suhu air 35 derajat, dan Dhl 13,5 ms. Selain itu, lanjut Zulhelmi, pihaknya juga rutin melakukan uji air bahang di saluran pembuangan. Terbukti tidak ada senyawa kimia berbahaya yang dibuang di saluran pembuangan air bahang. 

"Saluran pembuangan air tidak mengandung zat berbahaya dan mematikan. Kalau mematikan, tidak mungkin ikan-ikan kecil hidup di area pembuangan air bahang," kata Zulhelmi.

Ia mengatakan, pihaknya tidak bisa berkomentar lebih banyak terkait matinya sejumlah penyu dan ikan di area PLTU. Pihaknya masih menunggu hasil laboratorium yang dilakukan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Bengkulu. Meski begitu, ia meyakini bahwa kematian penyu dan ikan tersebut bukan akibat dari aktivitas operasi PLTU. 

"Untuk saat ini kita tunggu saja hasil lab dari BKSDA Provinsi Bengkulu, tapi kami yakin itu bukan disebabkan oleh PLTU," tutupnya.

Kanopi dan IMM desak pemerintah usut tuntas

Kanopi Bengkulu dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) mendesak pemerintah serius menyikapi kematian penyu tersebut. Sebab mereka menilai kematian penyu ini sangat fenomenal dan tidak biasanya. Bahkan, IMM secara tegas mencurigai adanya dampak dari PLTU Batu Bara yang beroperasi  di kawasan itu. Meski belum ada bukti otentik, namun kehadiran PLTU Batu Bara dianggap layak dicurigai, sebab sebelum adanya aktivitas PLTU Batu Bara, belum ada kematian penyu secara beruntun seperti sekarang ini. (Bis)